Hotspot tertinggi di Kabupaten Sanggau sebanyak 1.521 titik, kemudian disusul Kabupaten Landak 931 titik, Sekadau 70 titik
Pontianak (ANTARA) - BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah mencatat dalam dua hari terakhir, yakni sejak Sabtu (8/8) hingga hari Minggu (9/8) 2020 terpantau sebanyak 3.093 "hotspot" atau titik panas di Provinsi Kalimantan Barat, dengan titik terbanyak di Kabupaten Sanggau.
"Sebaran hotspot tersebut berdasarkan data LAPAN tanggal 8 Agustus pukul 07.00 WIB hingga 9 Agustus 2020 pukul 07.00 WIB," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Mempawah, Syafrinal dalam keterangan di Mempawah, Minggu.
Dia menjelaskan dari 14 kabupaten di Kalbar, hanya tiga daerah yang nol hotspot, yakni di Kota Pontianak, Singkawang dan Kabupaten Kayong Utara.
Hotspot tertinggi di Kabupaten Sanggau sebanyak 1.521 titik, kemudian disusul Kabupaten Landak 931 titik, Sekadau 70 titik, Sintang 59 titik, Mempawah 49 titik, Sambas 22 titik, Kapuas Hulu 20 titik, Kubu Raya 16 titik, dan Melawi 12 titik.
"Sementara itu, untuk kualitas udara hingga saat ini tercatat masih dalam keadaan baik hingga sedang," kata Syafrinal.
Sebelumnya, Koordinator Manggala Agni Provinsi Kalbar, Sahat Irawan Manik mengajak semua kalangan masyarakat ikut terlibat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Mari kita semuanya untuk selalu siaga dan semakin peduli pada masalah karhutla yang hampir setiap tahun berulang terjadi, agar jangan menjadi bencana asap, apalagi di masa pandemi COVID-19," katanya.
Ia menekankan pentingnya keterlibatan semua kalangan masyarakat dalam membudayakan pembukaan lahan tanpa bakar guna meminimalkan risiko kebakaran hutan dan lahan.
Sahat juga mengatakan bahwa dia bersama jajaran aparat Kepolisian Daerah, Kodam XII/Tpr, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah sudah meninjau kerja Posko Patroli Terpadu Pencegahan Karhutla di Desa Limbung, Kabupaten Kubu Raya.
Kegiatan Posko Patroli Terpadu Pencegahan Karhutla, menurut dia, mencakup penguatan kapasitas masyarakat tingkat tapak untuk mendukung pencegahan dan deteksi dini kebakaran hutan dan lahan.
Ia mengatakan, pemetaan area rawan, kepemilikan lahan dan alternatif solusi serta perencanaan pembuatan demplot untuk percontohan pembukaan lahan tanpa bakar di tingkat desa sangat penting dalam upaya pencegahan karhutla.
"Pemerintahan desa diharapkan mempunyai kesiapan dalam menghadapi karhutla serta mempunyai rencana aksi yang dapat dilakukan secara terus menerus setiap tahunnya," demikian Sahat Irawan Manik.
Baca juga: Kalbar dan Kalteng penyumbang hotspot terbesar, sebut BNPB
Baca juga: BMKG pantau 1.431 hotspot di Kalbar
Baca juga: Pemprov Kalbar: terdata 101 hotspot dilahan korporasi
Baca juga: Di Kalbar BMKG Supadio nyatakan terpantau 1.124 titik panas
Pewarta: Andilala
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020