Dikutip dari Reuters, Minggu, sebanyak 35 akun Facebook dan 88 akun Instagram berpura-pura sebagai orang Amerika, dan beberapa di antaranya mengelola halaman penggemar Trump.
Mereka dinilai melanggar aturan Facebook tentang perilaku tidak autentik terkoordinasi.
Baca juga: Facebook izinkan karyawan bekerja dari rumah hingga Juli 2021
Baca juga: Facebook kesulitan hapus video misinformasi soal COVID-19
Selain menyesatkan orang tentang lokasi mereka, menurut Facebook, beberapa pemegang akun menjalankan banyak persona dengan nama serupa yang memposting konten yang sama.
Jaringan tersebut memiliki jangkauan kecil, dengan hanya 1.600 akun mengikuti halaman Facebook dan 7.200 melacak akun di Instagram.
Kepala kebijakan keamanan Facebook, Nathaniel Gleicher, mengatakan tidak dapat menentukan apakah kelompok Rumania itu dimotivasi oleh uang, ideologi atau arahan pemerintah.
Lab penelitian forensik digital, Atlantic Council, mengatakan beberapa halaman hanya membagikan konten dari halaman Trump, sementara yang lain mempromosikan QAnon, yang menghubungkan berbagai teori seputar gagasan bahwa Trump diam-diam melancarkan perang melawan Demokrat yang menyembah setan dan melecehkan anak-anak.
FBI, tahun lalu, memperingatkan bahwa QAnon kemungkinan akan memotivasi para ekstremis untuk melakukan kekerasan.
Direktur Laboratorium Atlantic Council, Graham Brookie, mengatakan tidak ada hubungan yang jelas dengan rekan atau pengganti Trump, sementara Gleicher mengatakan tidak ada hubungan yang jelas dengan pemain komersial, seperti perusahaan yang menjual "like" dan followers.
Facebook pada bulan Desember menghapus jaringan yang jauh lebih besar yang mendukung Trump, termasuk yang terhubung ke Epoch Times, yang didirikan oleh pendukung gerakan spiritual Falun Gong dan sering mengkritik pemerintah China.
Penerbit Epoch Times, Stephen Gregory, membantah dirinya terhubung ke jaringan yang dihapus Facebook pada bulan Desember tersebut. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi bukti yang diberikan oleh Facebook atau Epoch Times untuk mendukung klaim mereka.
Facebook, pada Kamis (6/8), juga mengatakan telah menghapus jaringan lain yang mengunggah ulang konten dari Epoch Times dan media Falun Gong lainnya sebagai tindak lanjut.
Meski lebih kecil dari jaringan pada penghapusan Desember, jaringan yang baru telah mengumpulkan lebih dari 2 juta pengikut dengan mengunggah sejumlah topik, termasuk protes Hong Kong, virus korona dan kebijakan AS terhadap China, serta mengunggah gambar hewan, menurut Facebook.
Gregory mengatakan Epoch Times tidak berurusan dengan jaringan yang ditutup pekan ini. Reuters tidak dapat mengkonfirmasi ini.
Baca juga: Facebook tambah fitur video musik saingi YouTube
Baca juga: Wedge Holdings: Komunitas Facebook “TCGnoHEYA” capai 300.000 pengikut
Baca juga: Facebook blokir pendukung Jair Bolsonaro secara global
Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020