..hakulyakin nantinya saya akan melihat ekspor bawang putih dari lembah Napu.
Poso-Sulteng (ANTARA) - Mengingat sekitar 90 persen bawang putih Indonesia saat ini berasal dari impor, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menekan kuota impor bawang putih.
Apalagi, diperkirakan dalam satu tahun ini, kebutuhan bawang putih di Indonesia mencapai 500 ribu ton. Namun dari kebutuhan itu, petani hanya mampu memasok hingga 88 ribu ton.
Salah satu daerah yang menjadi harapan baru Pemerintah Republik Indonesia dalam menekan impor bawang putih ini, yakni dataran tinggi Napu, yang ada di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Napu merupakan salah satu daerah penghasil hortikultura terbaik yang ada di Sulawesi Tengah. Bahkan, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah dalam program pertanian berkelanjutan, menjadikan Dataran Tinggi Napu di Kabupaten Poso sebagai sentra pengembangan komoditi hortikultura dan sayur-mayur.
Selama ini, sebagian besar hasil produksi petani di Kabupaten Poso itu dipasarkan ke sejumlah daerah, terbesar selama ini ke Kalimantan Timur.
Tanpa gembar-gembor, pada April 2020, Pemerintah telah melakukan gerakan tanam bawang putih di wilayah itu, guna mendukung Program Upaya Khusus (UPSUS) swasembada pangan yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.
Kalangan penyuluh dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng, terus memberi motivasi kepada petani agar gemar menanam bawang putih, khususnya bawang putih varietas lokal.
Dengan karakteristik berada di ketinggian 1137 Mdpl (Meter di atas permukaan laut), pihak BPTP mencoba menanam tiga varietas, yakni varietas Sangga Sembayun asal NTB, varietas Lumbu Hijau hasil dari Balitsa Kementan dan varietas lokal Tinombo.
Varietas Tinombo adalah varietas lokal Sulawesi Tengah yang populer ditanam petani di Dusun Tompeng, Desa Ogoalas, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong.
Saat panen perdana uji coba pada Juli 2020, menghasilkan sebanyak kurang lebih 45 ton, yang terdiri dari varietas Lumbu Hijau sebanyak 14 ton, varietas Sangga Sembalun 15,4 ton, dan varietas Tinombo sebanyak 14,7 ton dengan hasil yang memuaskan.
Staf Khusus bidang Agribisnis Kementrian Pertanian Lutfi Halide optimistis dan menyatakan bahwa dataran Tinggi Napu di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan bawang putih dalam negeri.
"Saya sudah dua kali ke Napu dalam satu bulan, dan saya optimis sekali untuk keberhasilan tanaman bawang putih. Varietas Tinombo baunya lebih menyengat dibanding dua varietas lainnya. Seluruh wilayah penghasil bawang putih di Indonesia sudah saya datangi, tapi tidak tahu kenapa lembah Napu saya yakin sangat potensial untuk ikut memenuhi kebutuhan bawang putih dalam negeri,” kata Luthfie Halide.
Baca juga: Kementan dorong Napu di Sulteng jadi sentra produksi bawang putih
Mengutip sebuah lirik lagu Koes Plus ‘’tongkat kayu dan batu menjadi tanaman’’ yang mewakili daerah Napu dengan tanahnya yang subur, Lutfi Halide menilai Napu merupakan daerah yang potensial untuk pembangunan Indonesia lewat hasil holtikulturanya.
"Ini surga dunia hortikultura. Seperti kata bapak Menteri Pertanian, jangan biarkan petani berjuang sendiri. Saya hakulyakin nantinya saya akan melihat ekspor bawang putih dari lembah Napu," terangnya
Namun, persoalan pasar terhadap bawang putih dan akses jalan menjadi keraguan sejumlah petani di Napu.
Penyuluh pertanian di Desa Watumaeta, Nengah menuturkan, sebanyak 10 persen hasil pertanian di Napu terbuang percuma karena petani bingung memasarkan hasil panennya, sehingga berharap pemerintah perlu melakukan uji coba kembali terhadap benih yang cocok ditanam di daerah Napu.
''Pemerintah perlu memperhatikan akses dan pasar untuk petani. Dengan begitu kami penyuluh siap melaksanakan program pemerintah dalam menyejahterakan petani," ujarnya.
Baca juga: Peneliti nilai kebijakan impor bawang putih perlu data memadai
Keraguan petani tersebut dijawab oleh Direktur Benih Hortikulura Kementrian Pertanian, Sukarman, yang menyatakan bahwa pihaknya akan segera mendorong keberadaan penangkar benih bawang putih di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, saat ini hasil panen uji coba bawang putih khusus bawang putih varietas Tinombo telah dilakukan uji DNA oleh Kementerian Pertanian.
‘"Saya mohon ijin membawa hasil panen varietas Tinombo untuk kami short cut langsung uji DNA agar hasil penelitiannya segera kita ketahui bersama," jelas Sukarman
Sementara itu, pihak BPTP Sulteng yang menginisiasi tanam uji coba bawang putih ini menjelaskan, uji adaptasi pertama ini dilakukan oleh kelompok tani dengan luas lahan 0,25 Hektare dengan tanam 10 cm x 15 cm dan 15 cm x 15 cm.
Pengembangan bawang putih di Lembah Napu nantinya diharapkan dapat mengurangi impor. Di samping itu, pemerintah juga berupaya untuk mengembangkan screen house sehingga tidak perlu mendatangkan bibit dari luar.
“Tujuannya disamping untuk kesejahtaraan petani, sudah pasti harapannya mengurang impor,” jelas Kepala BPTP Sulawesi Tengah, Fery Fahrudin Muneir.
Baca juga: Peneliti harapkan pembenahan koordinasi untuk izin impor bawang putih
Sebagai daerah sentra holtikultura di Sulteng dengan panen terbaiknya, beberapa hasil panen yang juga berasal dari daerah itu antara lain buah-buahan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno, memaparkan bahwa Pemkab Poso saat ini telah membangun mitra untuk pemasaran hasil buah buahannya seperti durian Montong, yang pemasarannya telah bekerjasama dengan Hypermart Jakarta.
Selain durian montong, buah lainnya seperti manggis, buah naga, jeruk, pisang, buah lokal langsat dan rambutan juga banyak dihasilkan dari Kabupaten Poso.
Napu juga menjadi salah satu daerah penyuplai sayuran terbesar di Sulawesi Tengah. Hasil panen petani dikirim ke sejumlah pasar yang ada di wilayah di Sulawesi Tengah.
Baca juga: Mentan optimistis ekspor pertanian tak terganggu pandemi COVID-19
Namun meskipun demikian, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso mengaku hasil sayuran yang melimpah tidak sejajar dengan tingkat akses pemasarannya sehingga ada petani yang merugi.
“Kita terus berupaya untuk pemasaran hasil sayuran ini agar petani sayuran di Napu ini untung dan tidak lagi sayurannya terbuang percuma, pemerintah berupaya untuk membuat pupuk organik dari sisa sayuran agar tidak ada sayuran yang terbuang percuma," ucapnya.
Data BPS Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Juli 2020 sebesar 93,29 persen. Jumlah itu turun 0,76 persen dibandingkan dengan NTP bulan sebelumnya.
Sementara indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,76 persen, serta indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,003 persen.
Baca juga: Mentan sebut neraca 11 komoditas pangan surplus
Baca juga: Mentan upayakan ketersediaan 11 komoditas pangan selama COVID-19
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020