Bengkulu dengan kondisinya 43 persen lebih hutan harus memiliki strategi berbasis hutan
Rejang Lebong (ANTARA) - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno menyebutkan Provinsi Bengkulu harus memiliki strategi mengembangkan daerah berbasis hutan.
"Bengkulu dengan kondisinya 43 persen lebih hutan harus memiliki strategi berbasis hutan, kopi, hutan konservasi, hutan sosial itu saling membantu dengan pelestarian lingkungan," kata Wiratno dalam peringatan Hari Konservasi Alam Nasional dan Peringatan Hari Harimau Sedunia di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Sabtu.
Baca juga: 18 persen dari 3 juta ha hutan bakau di Indonesia rusak, sebut KLHK
Dia menambahkan Provinsi Bengkulu sebagai barometer nasional kedua setelah Provinsi Lampung harus bisa menjadikan hutan dan masyarakatnya bisa bekerja sama dan memberikan manfaat serta sekaligus untuk kelestarian alam.
Daerah ini, kata dia, juga bisa menjadi contoh provinsi lain termasuk Aceh dan lain-lain dalam pemanfaatan hutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional dan peringatan Hari Harimau Sedunia Provinsi Bengkulu yang dipusatkan di Hutan Madapi Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong tersebut merupakan upaya konservasi terhadap kawasan hutan.
Baca juga: Pastikan keselamatan satwa, Dirjen KSDAE tinjau Kebun Binatang Gembira Loka
Baca juga: KLHK: COVID-19 terjadi akibat ketidakseimbangan ekosistem
Peringatan itu juga untuk menjaga kelestarian flora dan fauna langka dalam hal ini Harimau Sumatera.
"Pelestarian alam maupun flora serta fauna tidak semata-mata jangan hilang keberadaannya di alam, tetapi jangan sampai mengganggu keseimbangan alam yang ada karena akan merugikan kita manusia," ujar dia.
Ia menambahkan upaya pelestarian flora dan fauna akan berjalan jika ada keseimbangan antara aspek pelestarian serta manfaat ekonomi, sosial secara optimal.
Ketiga sektor itu harus berjalan dengan baik sehingga bisa memberikan manfaat, tidak bisa hanya konsentrasi pada upaya pelestarian saja, namun pemberdayaan ekonominya tidak diperhatikan atau sebaliknya maka tidak akan berhasil.
Baca juga: Dua elang dilepasliarkan di TN Gunung Halimun Salak
Baca juga: Untuk tambah pasokan pangan harimau, KLHK berencana lepaskan rusa
Sejauh ini upaya pelestarian dari sisi ekologi masyarakat Bengkulu saat ini dinilainya sudah sangat peduli dengan banyaknya relawan, pemerhati lingkungan dan masyarakat perduli dengan pelestarian itu, serta di sisi lainnya masyarakat dapat menerima manfaat melalui produksi hasil hutan non kayu.
Untuk membantu masyarakat yang berdiam di kawasan konservasi ini Pemprov Bengkulu, kata dia, telah melakukan upaya dukungan mempromosikan produk-produk masyarakat ini, kemudian menyelenggarakan pameran termasuk juga upaya mengintegrasikan komoditas seperti kopi dengan tanaman hutan lainnya non kayu seperti aren.
"Ketika diintegrasikan dengan tanaman hutan lainnya non kayu seperti aren, maka masyarakat akan mendapat manfaat ekonomi lebih, kemudian nilai konservasi bisa dilakukan," katanya.
Selain pihaknya juga tengah membuat indikasi geografis terhadap produk-produk hasil hutan karena ini akan membuat nilainya naik dan membuat jaringan pemasaran agar produk kopi dan aren yang dihasilkan Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang bisa masuk pasar nasional dan internasional.
Baca juga: 50 hektare lahan gambut di Bengkulu terbakar
Baca juga: Aktivis ingatkan risiko alih fungsi kawasan hutan di Bengkulu
Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020