"Pembukaan sawah dengan membabat hutan di TNKS masih terjadi, padahal sudah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka menghentikan aktivitasnya," kata Direktur Yayasan Genesis Mukomuko Barlian, Rabu.
Hal itu disampaikannya saat melakukan koordinasi dengan delapan lembaga anggota Aliansi Konservasi Alam Raya (AKAR) tentang penyelamatan TNKS di Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Luas hutan yang akan dialihfungsikan menjadi areal persawahan mencapai 300 hektare (ha), dan saat ini sudah dibuka seluas 100 ha.
"Niat masyarakat untuk membuka areal persawahan masih berlanjut dan penebangan hutan untuk merintis sawah masih terjadi di lapangan," katanya.
Barlian mengatakan pihaknya sudah menjembatani pertemuan antara masyarakat dan pihak Balai Besar TNKS untuk menjelaskan fungsi kawasan hutan dan ekosistemnya.
Namun, pertemuan tersebut tidak sesuai dengan harapan dan masyarakat masih terus berniat membuka kawasan yang menjadi hulu air Sungai Selagan itu.
"Padahal, saat ini sudah dibangun jaringan PDAM yang mengambil air Sungai Selagan untuk kebutuhan air bersih masyarakat Mukomuko," katanya.
Alih fungsi hutan menjadi areal persawahan secara langsung akan berdampak pada kualitas air PDAM karena areal tersebut berada di hulu sungai.
Barlian berharap polisi kehutanan (Polhut) TNKS bertindak tegas untuk memberikan efek jera terhadap masyarakat yang masih melakukan aktivitas pembukaan hutan.
"Sebaiknya Polhut menahan masyarakat yang membuka kawasan hutan agar masyarakat yang lain tidak meneruskan niat mereka membuka kawasan hutan," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009