Athena (ANTARA News/Reuters) - Perompak Somalia membebaskan kapal Ariana dan 24 orang awak Ukraina setelah penahanan lebih dari enam bulan, kata perusahaan Yunani pemiik kapal itu kepada Reuters, Kamis.
Kapal itu dibebaskan Kamis setelah sebuah helikopter menjatuhkan uang tebusan jutaan dolar ke geladak Ariana.
Kapal berbendera Malta itu, yang membawa jagung dan kedelai, dibajak pada 2 Mei di sebelah utara Madagaskar ketika sedang dalam perjalanan ke Timur Tengah dari Brasil.
Perusahaan pemilik kapal itu mengatakan, Kamis, mereka membayar sejumlah uang tebusan bagi pembebasan kapal tersebut.
"Kapal itu dibebaskan beberapa jam lalu dan perompak telah pergi," kata Spyros Minas, pemimpin perusahaan Alloceans Shipping, kepada Reuters di Athena.
Sebelumnya Kamis, satu sumber perompak mengatakan kepada Reuters, sebuah helikopter menjatuhkan uang 2,6 juta dolar ke geladak kapal tersebut.
"Kami telah mengambil uang tebusan 2,6 juta dolar," kata seorang perompak bernama Farah melalui telefon. "Kami kini membagi-bagi uang tersebut."
Kantor pers kepresidenan Ukraina mengutip kepala badan intelijen luar negeri negara itu, Mykola Malomuzh, yang menyebutkan pembayaran uang tebusan yang lebih besar -- 2,8 juta dolar.
"Kini kapal itu dikawal kapal Portugis Al Vars Carbol. Dalam waktu lima hingga tujuh hari kapal itu mungkin tiba di pelabuhan aman terdekat," katanya.
Secara terpisah Kamis, badan pelayaran PBB memperingatkan bahwa kapal lain Yunani yang dibajak -- Maran Centaurus -- bisa menimbulkan bencana lingkungan jika kapal minyak itu rusak akibat memburuknya cuaca di lepas pantai Somalia.
Kapal itu sedang berlayar dari Kuwait menuju Teluk Meksiko bersama 28 orang awaknya dan dua juta barel minyak mentah ketika dibajak oleh perompak Somalia di dekat Seychelles pada 29 November.
Itu merupakan pembajakan kapal minyak besar kedua dalam waktu setahun ini oleh perompak, yang mengejutkan dunia pelayaran pada 2008 ketika mereka membajak Sirius Star, kapal minyak dengan panjang 330 meter yang membawa minyak mentah yang diyakini bernilai sekitar 150 juta dolar.
Kapal itu dibebaskan setelah pembayaran uang tebusan jutaan dolar pada Januari, dua bulan setelah perompakan paling spektakuler itu pada tahun tersebut.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.
Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang tahun lalu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Perompakan meningkat di lepas pantai Somalia dalam beberapa tahun ini meski angkatan laut asing digelar di kawasan itu.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009