Nairobi (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Utusan Khusus PBB untuk Somalia, Ahmedou Ould-Abdallah, Kamis, menyerukan upaya keras bagi penciptaan perdamaian dan mengakhiri aksi kekerasan yang telah menewaskan begitu banyak orang.
Ahmedou Ould-Abdallah, ketika berpidato memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember, mengatakan para elit politik Somalia dan dunia internasional menutup mata saat terjadi aksi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang menyengsarakan rakyat negeri Tanduk Afrika itu.
"Hari ini kita memperingati Hari HAM, sepekan setelah serangan brutal terhadap acara wisuda mahasiswa di Mogadishu yang menewaskan sejumlah doktor, mahasiswa kedokteran, wartawan dan tiga menteri, dan melukai sejumlah lainnya," kata Abdallah.
"Tragedi pada 3 Desember lalu itu merupakan kekerasan terburuk yang melukai hati semua orang," katanya merujuk tragedi yang menewaskan puluhan orang itu.
Ledakan yang meluluh-lantakkan satu hotel itu adalah serangan paling serius terhadap pemerintah peralihan federal sejak dilancarkannya perlawanan yang diilhami Alqaeda yang telah membawa pergolakan baru.
Lebih dari 60 orang cedera dalam ledakan tersebut, sebagian parah, dan kebanyakan korban adalah mahasiswa.
Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed menuduh gerilyawan yang diilhami Alqaeda berada di belakang serangan tersebut dan meminta bantuan internasional.
Menteri Pendidikan Tinggi Somalia Ibrahim Hassan Addow dan Menteri Kesehatan Qamar Aden tewas di tempat kejadian, sedangkan Menteri Pendidikan Mohamed Abdullahi Waayel meninggal tak lama setelah ledakan, kata seorang pejabat senior pemerintah.
Dua wartawan, satu dari Shabele Radio dan seorang lagi dari stasiun televisi Al Arabiya, serta seorang dokter juga tewas, kata satu sumber di hotel tersebut.
Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan mengecam serangan bunuh diri tersebut. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009