Budidaya ikan sistem bioflok merupakan teknologi yang memicu peningkatan produktivitas perikanan

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut budi daya ikan dengan menggunakan sistem bioflok bakal memicu produktivitas sektor kelautan dan perikanan di berbagai daerah.

"Budidaya ikan sistem bioflok merupakan teknologi yang memicu peningkatan produktivitas perikanan budi daya yang secara otomatis juga menghadirkan peluang untuk keterlibatan masyarakat yang lebih banyak," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.

Menurut Slamet Soebjakto, sistem bioflok menjadikan sistem ini salah satu primadona di masyarakat, khususnya di kalangan pembudidaya ikan.

Sistem Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme baik bakteri, jamur, protozoa, ataupun algae yang tergabung dalam sebuah gumpalan.

Selain itu, ujar dia, penerapan teknologi bioflok juga dinilai semakin maju di masyarakat dengan adanya inovasi dan kreativitas dari pembudidaya untuk mengembangkan teknologi ini lebih jauh.

Slamet juga mengajak pelaku usaha budidaya untuk terus mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam kegiatan budi daya, baik dari segi lingkungan, sosial maupun dari ekonomi atau usahanya.

"Sejak diterapkan di masyarakat pada tahun 2015, dengan pengaplikasian yang tepat bioflok telah menjadi solusi jitu bagi pembudidaya untuk meningkatkan produktifitas serta perekonomian masyarakat. Bukan hanya bagi pembudidaya, namun juga perekonomian masyarakat sekitar seperti penjual peralatan pendukung seperti terpal, jaring, ember dan sebagainya," jelas Slamet.

Slamet juga mendukung kreativitas yang dikembangkan dalam kegiatan bioflok seperti yang sekarang ini maraknya budidaya sayuran dengan lele serta sekarang ini marak juga berbagai model probiotik.

Pemerintah, lanjutnya, terus melakukan pengawasan serta pendataan terhadap produk probiotik yang digunakan sebagai bahan bioflok, sehingga kita bisa menjamin probiotik tersebut merupakan produk yang sudah terstandarisasi.

Sebagai informasi, pada tahun 2019 KKP telah menggelontorkan 260 paket bantuan budidaya ikan lele/nila sistem bioflok yang tersebar di 32 provinsi dan 121 Kabupaten/Kota dengan nilai bantuan mencapai Rp44 miliar.

Untuk tahun 2020, KKP berencana akan kembali mendistibusikan bantuan sebanyak 371 paket dengan nilai bantuan mencapai Rp73,4 miliar.

Baca juga: KKP: Budi daya ikan bersistem bioflok bisa turunkan "stunting"
Baca juga: KKP sebut sistem bioflok berpotensi lesatkan produksi perikanan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020