Kabul (ANTARA News/Reuters) - Sejumlah warga sipil mungkin termasuk diantara orang-orang yang tewas dalam serangan pimpinan NATO di Afghanistan pada Selasa, kata jendral AS yang bertanggung jawab atas operasi tempur NATO, Rabu.
"Orang-orang Afghanistan yang bekerja sama dengan kami menangkap sejumlah musuh Afghanistan (gerilyawan) dan beberapa warga sipil mungkin tewas karena situasinya membingungkan," kata Letnan Jendral David Rodriguez kepada wartawan.
NATO menyatakan, Selasa, tidak ada warga sipil yang tewas dalam serangan di provinsi Laghman, sebelah timurlaut Kabul, dengan mengatakan bahwa pasukan mereka membunuh tujuh militan dan menangkap empat orang.
Kantor Presiden Hamid Karzai menyataka bahwa enam warga sipil, termasuk satu wanita, tewas dalam serangan di desa Armul, dimana orang-orang marah melakukan protes untuk menentang srangan Selasa itu.
Penjabat kepala desan provinsi Laghman mengatakan, 13 warga sipil tewas dalam serangan itu.
Jatuhnya korban-korban sipil akibat serangan pasukan Barat telah menyulut amarah terhadap pasukan asing, dan panglima NATO Jendral Stanley McChrystal mengatakan bahwa hal itu telah mengganggu misinya.
Sejak memegang komando pada Juni, McChrystal telah mengeluarkan perintah-perintah baru yang dirancang untuk mengurangi kematian warga sipil dengan memberlakukan pembatasan atas penggunaan senjata-api.
Rakyat Afghanistan khawatir bahwa pengiriman 30.000 prajurit tambahan AS ke Afghanistan yang diperintahkan Presiden Barack Obama pekan lalu akan mengakibatkan peningkatan serangan dan semakin banyak warga sipil menjadi korban.
Upaya-upaya terus dilakukan oleh pasukan Afgahnistan dan militer Barat sekutunya untuk menumpas militan Taliban.
Lebih dari 1.000 prajurit melakukan operasi gabungan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, untuk menghalau Taliban dari sebuah medan tempur utama, dalam ofensif besar-besaran pertama di Afghanistan sejak Obama mengumumkan strategi perang baru.
Sekitar 900 marinir dan pelaut AS, prajurit Inggris, serta lebih dari 150 prajurit dan polisi Afghanistan mengambil bagian dalam Operasi Khareh Cobra, atau "Amarah Kobra" di lembah Now Zad.
Sejumlah militan dilaporkan tewas dalam ofensif yang dimulai Jumat (4/12) itu.
Operasi itu diluncurkan ketika negara-negara NATO menjanjikan sedikitnya 7.000 prajurit lagi untuk mendukung upaya baru pimpinan AS dalam memerangi Taliban dan Al-Qaeda, setelah AS mendesak negara-negara mitranya membantu menyelesaikan perang di Afghanistan.
Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.
Tahun ini tidak saja mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban.
Sekitar 500 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009