Mahasiswa dan massa lainnya marah karena tidak mendapati Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan pejabat Pemprov yang berkompeten untuk dimintai tandatangan tuntutan mereka agar Wakil Presiden Boediono dinonaktifkan dan pengusutan tuntas skandal Bank Century.
Di depan pintu masuk kantor gubernur, mahasiswa sekitar 30 menit berdesak-desakan dan sesekali saling dorong dengan aparat kepolisian yang berada dipintu masuk.
"Di gedung DPRD Sulsel kami langsung diterima dengan pimpinan, kami mengnginkan Pak Gubernur atau Wakil Gubernur, kalau keduanya tidak ada, semua Asisten harus bertandatangan sebagai gantinya," ujar salah seorang koordinator lapangan (korlap).
Tim penerima aspirasi pemprov kepada pengunjuk rasa mengatakan, yang dicari tidak berada ditempat, dan mempersihkan tim negosiator masuk ke dalam kantor gubernur untuk berunding sekaligus memastikan hal tersebut.
Saat tim negosiator berada menggeledah, kericuhan mulai muncul dipicu isu ada mahasiswa yang diamankan aparat, membuat sebagian mahasiswa melakukan pelemparan lalu berhamburan keluar dari kompleks gubernur.
"Jangan terpancing kawan-kawan sekalian, tidak ada teman kita yang diculik, hanya dibawa untuk diobati, jangan terprovokasi," teriak salah seorang koordinator di atas mobil komando aksi yang ditempatkan di pintu masuk kantor gubernur.
Korlap juga meminta kepada aparat kepolisian dan Satpol Pamong Praja untuk menahan diri dan tidak bertindak keras dalam menghalau pengunjuk rasa.
Namun sebagian mahasiswa yang sudah terpancing, berlarian keluar ke jalan Urip Sumoharjo, lalu melempari baliho gubernur yang berada disitu, selanjutnya bersitegang dengan aparat di gerbang masuk komplek.
Aparat pun langsung menembakkan gas air mata dan bom air untuk menghalau massa.
Saat mahasiswa mundur, Pasukan Anti Huruhara polisi langsung memasang brikade di untuk menghalau massa, mahasiswa juga mundur beberapa meter dan bergabung dengan ribuan rekannya di belakang.
Dalam situasi kacau para parwira polisi dan para korlap berunding diantara dua kubu, namun para mahasiswa dengan kekuatan lebih besar kembali maju hingga berhadapan dengan blokade polisi.
Mahasiswa yang berada digaris belakang melakukan pelemparan yang mengenai polisi dan teman mereka sendiri yang terus melakukan kompromi, beberapa polisi juga tidak mau tinggal diam dan terlihat mengayungkan pentungannya ke arah mahassiwa.
Dalam beberapa detik, kedua kubu sepakat untuk mundur, mahasiswa ke gerbang keluar komplek sementara polisi masuk di gerbang masuk kompleks gubernuran.
Situsi reda dimanfaatkan para korlap bernegosiasi dengan Kapolda Sulsel Adang Rachjana yang kemudian menemui langsung mahasiswa di mobil komando aksi.
Kapolda lalu menandatangani pernyataan mendukung tuntutan mahasiswa mendesak presiden dan DPR mengusut kasus Bank Century dan menonaktifkan Boediono.
"Saya atas nama Polda Sulsel mendukung tuntutan adik-adik, saya juga menyampaikan permintaan maaf yang terjadi tadi," ujarnya yang disambut tepuk tangan dari mahasiswa yang kemudian membubarkan diri.
Salah satu koordinator lapangan, Illang Rajab menyatakan akan terus melakukan aksi sampai Gubernur Sulsel menandatangani pernyataan tersebut.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009