Jenewa (ANTARA News) - Perubahan iklim sudah memaksa orang untuk bermigrasi dan kebanyakan pindah dalam negeri atau ke negara tetangga, demikian laporan Organisasi Internasional bagi Migrasi (IOM), Selasa.
Meskipun tidak memberi perkiraan jumlah orang yang pindah akibat perubahan iklim, laporan tersebut memperingatkan negara miskin akan memerlukan bantuan internasional guna menolong mereka menanggulangi kecenderungan yang terus berkembang itu.
Studi tersebut "mendapati bahwa sangat banyak gerakan manusia akibat perubahan iklim dan kemerosotan kondisi lingkungan hidup bukan hanya tak terelakkan tapi juga sudah mulai terjadi".
"Namun, kebanyakan kejadian itu adalah migrasi dalam negeri atau lintas-perbatasan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa jutaan orang miskin akan pergi ke negara kaya akibat perubahan iklim," demikian antara lain isi laporan tersebut, yang berjudul "Migration, Environment and Climate Change: Assessing the Evidence".
Di Ethiopia, mali, Burkina Faso dan Senegal, telah terjadi pergerakan orang "yang cukup umum" akibat rongrongan kemarau, katanya.
Laporan tersebut juga membidik wilayah Tambacounda, Senegal, tempat migrasi yang berhubungan dengan kemarau mulai terjadi saat penduduk setempat melakukan perpindahan di dalam negeri mereka, tapi belakangan pergi ke negara lain tetangga Senegal di Afrika.
Meskipun jumlah orang yang terpengaruh oleh bencana alam telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam beberapa tahun belakangan, tak ada peningkatan yang berhubungan dalam perpindahan jarak-jauh internasional dari wilayah yang terkena bencana selama masa ini, katanya.
Dengan makin banyaknya orang dan wilayah yang diduga terpengaruh oleh pemanasan global dalam beberapa tahun ke depan, laporan itu memperingatkan dukungan internasional akan diperlukan guna membantu negara yang lebih miskin menanggulangi perindahan tersebut.
Menurut laporan itu, negara tujuan yang lebih kaya "kurang memiliki kebijakan" guna mengatasi migrasi lingkungan hidup, kondisi yang menimbulkan kekhawatiran.
"Meskipun mengakui bahwa dampak perubahan iklim pada migrasi sangat bersifat internasional, namun migrasi internasional tampaknya akan meningkat pada masa depan dan akan memerlukan kebijakan serta program reaksi yang saat ini kurang," katanya.
Badan pengungsi PBB itu telah memperkirakan bahwa sebanyak 24 juta orang di seluruh dunia telah meninggalkan tempat tinggal mereka akibat faktor lingkungan hidup.
Laporan IOM tersebut menyatakan perkiraan luas mengenai migran iklim --dari jumlah yang lebih rendah yang diberikan oleh kantor Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi sampai sebanyak 1 miliar orang paling lambat pada 2050, juga menyoroti "kekurangan serius data penelitian" mengenai masalah itu.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009