Bogor (ANTARA News) - Investor Taiwan telah mengambil ancang-ancang untuk memindahkan usaha mereka dari China dan tertarik untuk menanam modal di Indonesia karena kondisinya yang membaik, kata seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Taiwan.
"Banyak pengusaha Taiwan yang menanam modal dan mendirikan pabrik di China telah memindahkan usaha mereka ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia," kata Owen Chyi-Wang Hsieh, direktur jenderal yang menangani penugasan di dalam negeri (home assignment), Departemen Urusan Asia Tenggara dan Pasifik, Kemlu Taiwan, di Bogor. Jabar, Selasa.
Berbicara dalam forum Dialog Indonesia-Taiwan yang diadakan The Habibie Center dan Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO), Hsieh mengatakan pengusaha Taiwan mengambil keputusan tersebut karena antara lain biaya tenaga kerja yang meningkat dan undang-undang perburuhan yang makin ketat di China, dan juga persaingan sengit dengan orang-orang China.
Selain kondisi yang membaik, dia mengatakan banyak pengusaha Taiwan memindahkan operasi mereka dari Taiwan ke Indonesia karena biaya yang mahal di Taiwan.
Direktur Program dan Riset The Habibie Center Prof. Dr Dewi Furtuna Anwar mengatakan, meski tak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia, Taiwan merupakan salah satu kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
"Taiwan termasuk dalam jajaran negara penanam modal terbesar di Indonesia dan juga penerima lebih 130.000 tenaga kerja dari Indonesia," kata Dewi. "Taiwan juga jadi sumber turis bagi Indonesia".
Menurut dia, Indonesia hendaknya jangan kaku dalam menerapkan "kebijakan satu China (One China Policy)".
Berdasarkan angka statistik dari Biro Pusat Statistik, investasi Taiwan di Indonesia tahun lalu mencapai 3,5 miliar dolar AS, terutama di bidang usaha pertekstilan, alas kaki, produk-produk elektronik, barang-barang logam, furniture dan industri perbankan.
Taiwan berada di posisi ke delapan sebagai investor terbesar di Indonesia dan ketiga di antara negara-negara Asia setelah Singapura dan Jepang.
Pada 2008, ekspor Taiwan ke Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS dan impornya dari Indonesia senilai 7,3 miliar. Indonesia mengalami surplus sebesar 3,8 miliar dolar AS karena impor minyak dan gas Taiwan dari Indonesia.
Perusahaan-perusahaan Taiwan juga aktif memperl;uas kehadiran mereka di Indonesia. Sebanyak 7.000 pengusaha dan teknisi Taiwan melakukan bisnis atau bekerja di Indonesia yang menarik antara lain karena memiliki sumber daya alam dan potensi pasar domestiknya mencapai lebih 200 juta orang.
Lebih jauh Hsieh berpendapat Indonesia mengalami perubahan drastis akhir-akhir ini dan termasuk dalam jajaran G-20. Ia yakin ekonomi Indonesia akan mengalami "booming" di masa datang dan hubungan ekonomi antara keduanya juga akan meningkat.
Ia juga memperkirakan perusahaan-perusahaan terkemuka dalam industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dari Taiwan mungkin mengalihkan pekerjaan manufakturnya kepada mitra-mitra Indonesia di masa datang.
Ketua Komite Tetap Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Kadin Indonesia, Thomas Darmawan, mengatakan Indonesia harus menangkap pengalihan usaha Taiwan dari China dengan membangun kawasan ekonomi khusus bagi para pengusaha Taiwan.
"Para pengusaha Taiwan punya ciri khas antara lain lebih suka berkumpul di antara sesama mereka dan mudah beradaptasi dengan suasana setempat," kata Thomas kepada ANTARA.
Untuk mengantisipasi hal tersebut dia mengatakan perlu ada sertifikasi atas tenaga kerja yang akan disediakan bagi perusahaan-perusahaan Taiwan termasuk di industri ICT dan bioteknologi.
Perusahaan-perusahaan Indonesia juga dapat memanfaatkan peluang dalam industri pengalengan dan pengemasan jika perusahaan-perusahaan sejenis dari Taiwan tak lagi beroperasi di China dan mengalihkan usahanya ke Indonesia, katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009