Membelah metropilitan dengan beragam hiruk pikuknya memiliki tantangan yang tidak mudah.
Jakarta (ANTARA) - Misi membangun pergerakan masyarakat Jakarta dengan kemudahan dan kenyamanan itu belum tuntas. Kini, urat nadi lajur Jakarta yang masih terputus, mulai disambung untuk memberikan mobilitas dengan sarat kecepatan dan kenyamanan.
Membelah metropilitan dengan beragam hiruk pikuknya memiliki tantangan yang tidak mudah. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan saat ini tengah mengerjakan proyek fase II-A jurusan Bundaran HI hingga Kota dengan nilai investasi sebesar Rp22,5 triliun, berasal dari talangan JICA.
Sementara itu, tantangan lainnya adalah model konstruksi bawah tanah. William menyebut pembangunan fase dua MRT memiliki lintasan sepanjang 5,8 kilometer dari Thamrin hingga Kota, sedangkan dari Kota sampai Depo mempunyai jarak 6 km. Dalam model konstruksi bawah tanah ini akan ditambahkan tujuh stasiun baru yang terdiri atas, stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Mangga Besar, Glodok, Kota, Mangga Dua, Ancol, dan Depo.
Terdapat pembagian tiga tahan dalam skema pembangunan fase dua ini, yaitu tahap satu dilaksanakan pada akhir Juli 2020 hingga Maret 2023. Tahap dua April-Desember 2023, tahap tiga Januari 2023 hingga Maret 2025.
Membangun tidak pula sekadar menghubungkan, namun juga harus mengintegrasikan dengan urat-urat transportasi lain agar nilai fungsi dari lajur utama lebih bermakna bagi pergerakan ekonomi. Usai pembangunan MRT tahap II selesai nantinya, maka jalur MRT Selatan- Utara akan terhubung dari Lebak Bulus hingga Ancol Barat.
Persiapan dengan Kementerian Perhubungan juga dikomunikasikan untuk MRT di jalur Timur dan Barat. “Nantinya akan menghubungkan di Kalideres di Jakarta Barat ke Jakarta Timur di Ujung Menteng. Jadi diharapkan tahun 2028 Jakarta akan ada kurang lebih 56 km,” kata William.
Baca juga: Simak rekayasa lalulintas di Jalan MH Thamrin imbas MRT fase 2
Tantangan lain datang dari lalu lintas yang harus dirancang ulang selama proses konstruksi. Untuk itu, rekayasa lalulintas akan ada di sepanjang Jalan MH Thamrin imbas pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2 dengan rute Bundaran HI-Kota Tua.
Secara garis besar, rekayasa lalulintas itu dibagi dalam dua periode waktu. Periode pertama 24 Juli-30 November 2020, dan periode kedua 1 Desember 2020-30 Maret 2021.
Pengerjaan proyek di periode pertama itu merupakan pelebaran jalan atau detour yang terletak di sepanjang Jalan MH Thamrin dengan titik-titik sebagai berikut:
1. Pelebaran Jalan MH Thamrin sisi meter di depan Gedung Sinarmas
2. Pelebaran Jalan MH Thamrin sisi timur mulai dari depan Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga Gedung Bank Indonesia (BI)
3. Pelebaran Jalan MH Thamrin sisi barat mulai dari depan Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga Thamrin 10.
Selain penutupan satu lajur untuk jalur kendaraan, halte TransJakarta Bank Indonesia diputuskan untuk dibongkar. Selanjutnya untuk rekayasa lalu lintas periode kedua, pengerjaan proyek MRT Jakarta fase 2 akan menggunakan jalur TransJakarta sebagai area pengerjaan.
Karena itu diputuskan pelayanan halte TransJakarta BI akan dipindahkan ke halte sementara di sisi timur Gedung BI dan di depan Wisma Mandiri.
Jalur TransJakarta pun mengalami perubahan yang sebelumnya menggunakan jalur kendaraan biasa atau mixed traffic akan berpindah ke jalur paling kiri menyesuaikan dengan keberadaan halte sementara.
Baca juga: Pengusulan lahan Depo MRT Ancol Barat sebagai syarat pinjaman JICA
Cagar Budaya
Bukan soal peradaban maju apabila melupakan sejarah, maka upaya melindungi cagar alam pun juga dimaksimalkan sebagai pengingat sejarah. Dalam upaya melestarikan cagar budaya yang terdapat dalam area konstruksi MRT Fase 2, akan dilakukan archaeological test pit untuk pengujian kandungan dan nilai tinggalan purbakala serta upaya penyelamatannya.
Pekerjaan tersebut akan dilakukan oleh ahli-ahli arkeologi, arsitektur, dokumentasi, penggambaran, pemetaan, analisis temuan, pemugaran, dan konservasi yang kompeten di bidangnya guna memaksimalkan hasil.
Selain itu, Tugu Jam Thamrin akan dilakukan relokasi untuk dalam proses pembangunan. Berdasarkan hasil pengamatan visual, struktur Tugu Jam saat ini dalam kondisi yang kurang baik. Sebagai bentuk upaya pelestarian cagar budaya, saat pelaksanaan konstruksi MRT Jakarta fase 2, Tugu Jam akan di relokasi dan akan dikembalikan kembali dengan kondisi yang lebih baik.
Tugu Jam Thamrin merupakan bangunan cagar budaya yang dibangun pada tahun 1969 dan merupakan menara jam yang pertama dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta.
Untuk stasiun Monas, Pembangunan Entrance – 1 Stasiun Monas menggunakan metode box jacking untuk menjaga lalu lintas di Jl. Medan Merdeka Barat tetap berlangsung normal. Namun, Jalan Museum akan ditutup sementara karena akan digunakan sebagai area kerja.
Masih pada kemasan stasiun Monas, pagar untuk area konstruksi pada area Monas akan menggunakan konsep hijau untuk menyamarkan area konstruksi dengan Taman Monas dan tetap memberikan kesan teduh serta nyaman untuk publik.
Proyek fase 2A MRT sendiri akan dimulai dengan rute dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Kota dengan total panjang jalur enam kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah yaitu Stasiun Thamrin, Stasiun Monas, Stasiun Harmoni, Stasiun Sawah Besar, Stasiun Mangga Besar, Stasiun Glodok dan Stasiun Kota.
Baca juga: Jatuh bangun transportasi publik Ibu Kota di tengah badai COVID-19
Baca juga: Penumpang MRT April-Mei turun tajam imbas COVID-19
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020