Kami berharap kerja sama ini bisa dijadikan momentum untuk menjadi lebih produktif lagi dalam berkarya dan memberikan solusi bagi permasalahan global. Kami sangat senang mendengar bahwa kerja sama kedua negara ini telah menghasilkan lebih dari 2.200
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins mendorong komersialisasi riset-riset yang telah dijalankan dalam kolaborasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) antara Indonesia dan Inggris, yang kini memasuki tahap lanjutan dengan penandatanganan perjanjian perpanjangan kerja sama oleh pemerintah kedua negara.
Pemerintah Indonesia dan Inggris baru saja memperbaharui kerja sama bidang Iptek dengan penandatanganan nota kesepahaman terkait perpanjangan kemitraan tersebut oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia Bambang PS Brodjonegoro dan Menristek Inggris Amanda Solloway.
“Tahap berikutnya adalah untuk mendorong komersialisasi dari riset-riset yang telah dijalankan dan bagaimana membuat produk-produk dari riset tersebut agar dapat memberi manfaat ke masyarakat,” kata Dubes Jenkins dalam sambutan di acara penandatanganan yang digelar secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Dia menegaskan bahwa proyek-proyek yang masuk di dalam kolaborasi Iptek antarkedua negara sangat relevan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Baca juga: Lima riset kolaborasi Inggris-Indonesia siap rebutan Newton Prize 2019
Baca juga: Riset kolaborasi Inggris-Indonesia masuk daftar Newton Prize 2019
“Riset-riset yang sudah dijalankan sejauh ini juga telah menghasilkan solusi-solusi praktis terhadap permasalahan sehari-hari di Indonesia – salah satunya adalah pengembangan alat filtrasi air di Palu, Sulawesi,” ujarnya.
Adapun di tahap pertama kerja sama tersebut, kedua belah pihak fokus pada peningkatan jumlah dan kualitas kerja sama riset, sehingga pada tahap kedua dapat mulai difokuskan untuk mendorong komersialisasi.
Saat ini, kerja sama ilmiah kedua negara mencakup riset terkait vaksin virus COVID-19 yang begitu penting tak hanya bagi Inggris dan Indonesia namun bagi seluruh bagian komunitas global.
Meski demikian, dia mengatakan penting untuk tetap bisa menjaga semangat kerja sama yang didasari pemanfaatan keunggulan dari komunitas-komunitas ilmiah di kedua negara untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
“Kita tetap bisa menjaga semangat itu, bahkan di masa pandemi ini, dengan cara memilih proyek-proyek yang sangat relevan di kehidupan sehari-hari seperti urbanisasi yang berkelanjutan, dampak perubahan iklim, dan nutrisi,” katanya.
Lebih lanjut, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia Bambang PS Brodjonegoro mengatakan nota kesepahaman tersebut akan menjadi payung bagi pelaksanaan kerja sama riset dan inovasi yang dilakukan oleh instansi riset dan perguruan tinggi.
“Kami berharap kerja sama ini bisa dijadikan momentum untuk menjadi lebih produktif lagi dalam berkarya dan memberikan solusi bagi permasalahan global. Kami sangat senang mendengar bahwa kerja sama kedua negara ini telah menghasilkan lebih dari 2.200 publikasi internasional selama kurun waktu 2015-2019,” kata Menristek.
Sejak diluncurkan pada tahun 2014, Kemitraan Indonesia-Inggris dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah meluncurkan lebih dari 22 kompetisi pendanaan riset melalui 15 program riset dan inovasi. Kerja sama yang kuat antara peneliti Inggris dan Indonesia ini juga telah menghasilkan 2.205 publikasi gabungan selama 2015-2019. Menurut Kedubes Inggris, riset kolaborasi kedua negara menduduki peringkat ke-3 di dalam daftar 10 kemitraan internasional terbaik Indonesia.
Baca juga: Indonesia-Inggris perpanjang kemitraan di bidang iptek hingga 2025
Baca juga: Peneliti Indonesia raih Newton Prize 2019 untuk riset perubahan iklim
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020