kebutuhan air bersih di Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan aerotropolis lebih dari 27 liter per detik, namun saat ini PDAM Tirta Binangun baru mencukupi delapan liter per detik dengan mengoptimalkan intake Lendah.
Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membutuhkan anggaran Rp13,150 miliar untuk investasi jaringan distribusi utama air bersih ke Bandara Internasional Yogyakarta, pembuatan sumur bor, dan optimalisasi intake Lendah.
Asisten II Setda Kulon Progo Bambang Tri Budi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan kebutuhan air bersih di Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan aerotropolis lebih dari 27 liter per detik, namun saat ini PDAM Tirta Binangun baru mencukupi delapan liter per detik dengan mengoptimalkan intake Lendah.
"Dalam waktu dekat ini, PDAM Tirta Binangun membutuhkan anggaran untuk pembangunan jaringan distribusi utama (JDU) bandara dan kawasan aerotropolis sebesar Rp13,150 miliar," kata Bambang Tri Budi saat melakukan rapat dengan Raperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada PDAM Tirta Binangun DPRD Kulon Progo.
Baca juga: Kulon Progo kaji permohonan dispensasi pembayaran pajak bumi YIA
Ia mengatakan berdasarkan nota kesepahaman bersama Pemkab Kulon Progo dengan PT Angkasa Pura I, permintaan kebutuhan awal air bersih yang harus dicukupi PDAM Tirta Binangun sebesar 14 liter/detik. Kebutuhan tersebut telah dapat dipenuhi dari existing PDAM (SPAM Lendah) dan rencana pembuatan sumur bor untuk cadangan 10 liter/detik, serapan tertinggi sampai dengan saat ini sebesar 8 liter/detik.
"Untuk perencanaan ke depan pertumbuhan kawasan bandara baik aerocity, aerotropolis, hinterland akan dipenuhi dengan rencana pengembangan SPAM Kamijoro yang direncanakan akan dibangun pada 2023 atau 2024," kata Bambang.
Ia mengatakan program PDAM tertuang dalam "corporate plan", secara umum program kegiatan ke depan adalah optimalisasi Bandara YIA, Kawasan Industri Tuksono dan Kawasan Wates baru.
"Kami mengharapkan dukungan dewan dalam pembuatan Raperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada PDAM Tirta Binangun dan Raperda tentang PDAM Tirta Binangun sebagai landasan pelaksanaan "corporate plan"," katanya.
Baca juga: Penumpang di Bandara YIA tumbuh 31 persen jelang Idul Adha
Selain rencana membangun JDU kawasan bandara, lanjut Bambang, PDAM Tirta Binangun hingga akhir 2019 telah melayani 31.146 sambungan rumah (SR). Selanjutnya, PDAM Tirta Binangun memiliki target sambungan rakyat dari 2020 sampai 2024, yakni 2020 sebanyak 3.150 sambungan, 2021 sebanyak 3.150 sambungan, 2022 sebanyak 1.750 sambungan, 2023 sebanyak 1.750 sambungan dan 2024 sebanyak 334 sambungan.
"Kami akan melakukan optimalisasi Intake SPAM Lendah untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dan kawasan bandara. Namun untuk mencapai target tersebut kami membutuhkan Raperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada PDAM Tirta Binangun sebesar Rp4,5 miliar," katanya.
Anggota Raperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada PDAM Tirta Binangun DPRD Kulon Progo Tukijan meminta Pemkab Kulon Progo dalam hal ini PDAM Tirta Binangun bergerak cepat untuk mencukupi kebutuhan air di kawasan bandara, baik untuk Bandara Internasional Yogyakarta, dan perhotelan di seputaran bandara.
Baca juga: Pengawasan di YIA diperketat seiring meningkatnya jumlah penumpang
Hal itu untuk mengantisipasi AP I dan investor perhotelan membuat sumur bor, sehingga PDAM Tirta Binangun tidak bisa mensuplai air bersih.
"Kami minta PDAM Tirta Binangun untuk memetakan kebutuhan air bersih di kawasan bandara supaya dapat bekerja sama dengan mereka," katanya.
Di sisi lain, Tukijan melihat belum ada keseriusan PDAM Tirta Binangun mencari sumber air baku selain dari Sungai Progo dan Clereng yang dapat dialirkan ke masyarakat. Perlu diketahui bersama, Sungai Progo dimanfaatkan untuk mengairi persawahan dan mencukupi kebutuhan air bersih di Sleman, Bantul, dan Kulon Progo.
"Kami mendorong PDAM Tirta Binangun membuat rencana induk dan rencana cetak biru rencana pengembangan sumber mata air baku selain Sungai Progo. Hal ini sangat penting, karena pertumbuhan megaproyek di Kulon Progo tidak bisa lagi mengandalkan air dari Sungai Progo," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020