Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan garda terdepan dalam melacak kasus sebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) di ibu kota.

Hal tersebut, kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, karena tenaga-tenaga di Puskesmas Jakarta memiliki pengalaman saat pandemi flu burung dan difteri yang meningkatkan kemampuan tim lapangan untuk melacak sebaran kasus positif COVID-19.

"Sehingga begitu ada laporan info kasus positif, dari RS ke Dinkes, kami secara sistematis menyampaikan pada teman-teman di Puskesmas masing-masing kecamatan, sehingga mereka tahu siapa warganya mulai nama hingga domisili yang harus dilacak," kata Widyastuti.

"Di situ Puskesmas melakukan pendekatan pada keluarga, kemudian melakukan cek epidemiologi, wawancara, identifikasi, siapa-siapa yang kontak erat selama 14 hari terakhir dan dilakukan usap oleh Puskesmas," kata dia.

Selain itu, kata Widyastuti, Puskesmas di tingkat kecamatan juga berkoordinasi melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi kelompok dan daerah yang paling tinggi memiliki risiko penyebaran COVID-19 untuk dilakukan tes secara aktif (active case finding).

"Jadi Puskesmas berkolaborasi dengan gugus tugas COVID-19 kelurahan hingga RW untuk memetakan wilayah mana yang berisiko tinggi untuk dilakukan testing secara aktif sebagai salah satu langkah memutus peredaran kasus COVID-19," katanya.

Baca juga: Anies perketat pengawasan dunia usaha terkait klaster perkantoran
Baca juga: 137 pedagang di 18 pasar Jakarta terinfeksi COVID-19

Petugas Puskesmas Kecamatan Gambir melakukan tes usap (swab test) ke pedagang di Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (17/6/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Widyastuti mengatakan, pihaknya juga membuat data siapa yang ada dalam kelompok berisiko, seperti yang berusia di atas 60 tahun, memiliki penyakit penyerta di antaranya diabetes melitus, jantung, stroke, ginjal, kanker dan ibu hamil.

"Itu dipetakan dengan berkolaborasi antara data kelurahan dengan laju kecepatan penularan yang tinggi, kita lakukan 'active case finding' oleh Puskesmas yang nantinya akan menjadi fokus lokasi yang harus dilaksanakan tes COVID-19," katanya.

Hingga Selasa (4/8) kasus positif COVID-19 di Jakarta mencapai 22.909 kasus atau mengalami peningkatan 466 orang dibandingkan hari sebelumnya sebanyak 22.443 kasus.

Untuk persentase kasus positif (positivity rate) sepekan terakhir di Jakarta setelah penambahan hari ini, sebesar 7,8 persen (sebelumnya 6,9 persen).

Sedangkan Indonesia sebesar 15,3 persen (sebelumnya 14,8 persen). WHO menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020