Kopenhagen (ANTARA News) - Indonesia mengajak Amerika Serikat untuk berkomitmen menurunkan emisi karbondioksidanya dengan meratifikasi Protokol Kyoto di KTT ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark.
"Saya pikir Amerika harus legally binding (mengikat sesuai perjanjian) untuk mengimplementasikan target penurunan emisi karbon mereka di Kopenhagen," kata Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Rachmat Witoelar dalam jumpa pers Delegasi Indonesia di Kopenhagen, Senin.
Rachmat mengatakan Indonesia akan berusaha dengan segala cara agar Amerika Serikat mau menandatangani Protokol Kyoto dalam KTT ke-15 Perubahan Iklim yang berlangsung pada 7 - 18 Desember 2009.
"Kita akan berargumen, mendekati, merayu, membujuk bahkan sampai dengan memaksa Amerika," kata Rachmat yang juga Ketua Delri di KTT Perubahan Iklim tersebut.
Setelah melihat proposal negosiasi dari berbagai negara usai pembukaan konferensi, Rachmat mengatakan negara-negara peserta konferensi masih kukuh dengan posisi masing-masing, bahkan terkesan menghindari untuk berkomitmen lebih jauh.
"Ada kesan mereka finger pointing, artinya setuju untuk melakukan sesuatu tetapi menunggu yang lain untuk melakukannya lebih dahulu," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu.
Presiden RI sendiri pada forum G-20 di Pittsburgh, Amerika pada September silam menyatakan komitmen Indonesia untuk menurunkan 26 persen emisi karbondioksida dari level biasa (BAU/business as usual) pada 2020
Sedangkan Amerika Serikat menyatakan berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 17 persen dari level tahun 2005 pada tahun 2020.
Dan China pun telah mengeluarkan target penurunan emisi 40-45 persen dari level tahun 2005 pada tahun 2020, yang didasarkan atas produk domestik bruto (GDP)-nya.
Sedangkan Menteri Lingkungan India, Jairam Ramesh pada Kamis (3/12) menyatakan akan mengurangi 20-25 persen emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 dengan acuan tahun 2005, akan tetapi India tidak akan menandatangani kesepakatan apa pun yang berdaya ikat hukum dalam KTT Iklim Kopenhagen.
Tiga negara yaitu Amerika Serikat, China dan India merupakan tiga negara emiter karbon terbesar di dunia yang pernyataan komitmen penurunan emisinya ditunggu oleh semua negara peserta konferensi perubahan iklim.
Sedangkan Sekjen Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) Yvo de Boer mengatakan bahwa target emisi karbon Amerika merupakan faktor krusial dalam negosiasi konferensi iklim Kopenhagen.
Dana pembiayaan
Yvo de Boer dalam pembukaan KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen mengatakan negara-negara industri Annex-1 Protokol Kyoto harus menyediakan dana pembiayaan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebesar 10 miliar dolar AS per tahun bagi negara-negara berkembang.
Mengenai dana pembiayaan 10 miliar dolar AS per tahun tersebut, Rachmat mengatakan jumlah tersebut belum cukup untuk melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Meski tidak menjelaskan lebih lanjut berapa jumlah dana yang ideal untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Rachmat mengatakan Indonesia akan berusaha negara-negara industri dapat berkomitmen untuk menyediakan dana tersebut. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009