"Kita kecam keras aparat karena salah tangkap, apalagi yang bersangkutan adalah peneliti yang peduli pada masalah kebudayaan tradisional Betawi," katanya, Senin.
Karena itu, kata Tatang lagi, pihaknya merasa prihatin atas kejadian tersebut. "Ya, tentu saja, kita prihatin atas kejadian tersebut, kok bisa salah tangkap dan main pukul lagi," katanya.
Menurut Tatang, pihaknya selama ini selalu mendukung aparat Kepolisian dalam penegakan hukum. Namun, dalam kejadian tersebut, polisi ternyata tidak bertindak profesional dalam penegakan hukum.
"Selama ini kita dukung polisi, tetapi kok ternyata tidak profesional dalam penegakan hukum. Jadi malah masyarakat bertanya-tanya," tambahnya.
Yang jelas, kata Tatang, ini makin memperlihatkan dan sekaligus menunjukkan bahwa polisi kurang profesional dalam bekerja di lapangan. "Jelas sudah, salah tangkap menunjukkan kelemahan dan kelalaian dalam melaksanakan prosedur penegakan di lapangan," katanya.
Tatang mengatakan LKB mendesak Kapolda Metro Jaya untuk mengusut dan menindak tegas polisi yang terlibat dalam insiden tersebut. "Kita minta Kapolda Metro menindak tegas oknum polisi yang melakukan kesalahan di lapangan, karena tak sesuai dengan prosedur dan tak profesional," katanya.
Menurut Tatang, pihaknya selama ini selalu berada dalam satu barisan dengan Kepolisian, bahkan memiliki obsesi dalam penegakan hukum. Namun, ternyata aparat Kepolisian, selain tak profesional juga bertindak brutal.
"Makanya harus ada evaluasi terhadap para pelaksana yang bertugas di lapangan, termasuk pejabat Kepolisian di lingkungan Polri yang tidak paham dengan sikap profesional Polri," katanya.
Dia meminta jangan sampai ada Rizal-Rizal lain yang menjadi korban salah tangkap. Karena ini akan menjadi bom waktu saja buat masyarakat terhadap aparat Kepolisian.
Karena itu, kata Tatang, untuk memperbaiki citra polisi tidak ada jalan lain kecuali melakukan penindakan terhadap aparat yang bersalah. "Ya, kalau mau menjaga citra di masyarakat, harus ditindak tegas aparat yang bersangkutan, jadi masyarakat bisa percaya," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009