Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya lima orang tewas dan 12 lain cedera ketika orang-orang besenjata dari milisi Al-Shabaab menyerang sebuah desa dimana penganut Sufi sedang menghormati seorang ulama yang telah meninggal.
Kelompok orang bersenjata itu menyerbu desa Basra, 40 kilometer sebelah utara Mogadishu, selama persiapan peringatan tahunan bagi almarhum Syeikh Hasan Moalim, seorang ulama terkenal Ahlu Sunna wal Jamaa.
Al-Shabaab, yang menganut paham konservatif Wahhabi dan menganggap Sufi sebagai penganut kelam, melarang peringatan semacam itu di wilayah-wilayah yang mereka kuasai.
"Militan-militan bersenjata berat menyerang deesa itu untuk menghentikan peringatan bagi Syeikh Hasan Moalim. Beberapa pendukungnya berusaha melawan dan terlibat dalam tembak-menembak dengan orang-orang Shabaab. Akibatnya lima orang tewas," kata sesepuh setempat Moalim Idris Adan kepada AFP.
"Empat dari mereka yang tewas adalah penjaga keamanan seorang ulama terkenal yang mengatur acara itu dan seorang sipil juga tewas," kata Amin Mohamed, seorang saksi mata yang lain.
Shabaab menyatakan, mereka menguasai desa itu dan menyita beberapa ekor hewan yang dibawa untuk disembelih pada acara peringatan tersebut.
Jumat, Ahlu Sunna wal Jamaa mengadakan pawai di kota wilayah tengah Dhusamareb untuk memprotes Shabaab, yang kata mereka bertanggung jawab atas serangan bunuh diri pada 3 Desember di Mogadishu yang menewaskan 24 orang, sebagian besar warga sipil. Empat menteri juga termasuk diantara mereka yang tewas.
Pemerintah Somalia yang didukung internasional menyalahkan gerilyawan muslim garis keras atas serangan itu, namun baik Al-Shabaab yang diilhami Al-Qaeda maupun sekutunya, Hezb al-Islam, membantah terlibat dalam serangan itu, dan sebaliknya menuduh terjadinya persaingan di jajaran pejabat keamanan negara.
Pemerintah transisi hanya menguasai sejumlah kecil wilayah di Mogadishu, ibukota Somalia, dan sisanya dikuasai Al-Shabaab yang diilhami Al-Qaeda dan kelompok lebih politis Hezb al-Islam.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009