Arah transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah sebagai pusat budaya, pusat kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Para pustakawan di Indonesia didorong untuk lebih proaktif melakukan diseminasi beragam informasi yang terdapat di perpustakaan berbasis digital di tengah pandemi COVID-19, kata Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando.
"Diseminasi informasi harus sering dilakukan pustakawan. Jangan lagi bergelut dengan buku-buku tetapi bagaimana kandungan buku yang dibaca lalu dibuat konten ke dalam media sosial menggunakan perangkat digital yang dikuasai," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hal itu disampaikan Syarif saat menjadi pembicara utama dalam seminar virtual Inovasi dan Kreasi Pustakawan Dalam Meningkatkan Kompetensi Menghadapi New Normal yang diadakan Universitas Hasanuddin Makassar, Selasa.
Ia mengajak pustakawan untuk cepat beradaptasi dengan teknologi berbasis digital, termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai aplikasi digital yang sudah disiapkan Perpusnas.
"Pandemi mengharuskan nyaris semua aktivitas dilakukan dari rumah. Namun, perpustakaan menawarkan bermacam aplikasi digital yang bisa dimanfaatkan siapapun, termasuk akademisi," tuturnya.
Ia mengatakan pada masa lalu perpustakaan dikenal sebagai deretan buku berdebu dan pustakawan bertugas menjaga dan mengelola buku.
Baca juga: Perpusnas: Penting ajak perguruan tinggi terbitkan buku baru
Paradigma itu, kata dia, kemudian berubah sehingga ada era saat ini, perpustakaan dan pustakawan dibantu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berperan mentransformasi pengetahuan.
Dengan memanfaatkan kemajuan TIK, kata dia, kandungan informasi dan pengetahuan akan bermanfaat besar jika didistribusikan kepada masyarakat.
Perpustakan dan pustakawan harus mau beradaptasi dengan perubahan yang ada akibat pandemi agar tetap bisa bertahan.
Untuk itu, dilakukan perubahan layanan dengan melakukan inovasi agar pemustaka bisa mengakses informasi yang ada di perpustakaan.
Dunia memerlukan pustakawan yang memiliki wawasan yang luas, tanggap, dan sanggup memberikan informasi dengan cepat.
"Profesi pustakawan adalah profesi yang istimewa karena mempunyai akses sumber pengetahuan yang akurat. Jadikan ini sebagai keunggulan kompetensi. Hal ini penting untuk mengantisipasi hoaks yang marak terjadi selama pandemi," tutur Syarif.
Baca juga: Duta Baca: Orang tua bantu anak gemar membaca
Dalam pemaparan di acara yang sama, Kepala Biro Perencanaan Perpustakaan Nasional Joko Santoso menuturkan bangkit dari pandemi melalui literasi merupakan bentuk kampanye yang digalakkan pemerintah saat ini, sedangkan perpustakaan menjadi bagian di dalamnya.
Penguatan literasi tidak hanya berfokus pada kampanye gemar membaca fisik saja, kata dia, tetapi semua saluran atau media yang ada, baik e-book hingga media digital, termasuk di dalamnya Youtube dan Podcast.
"Situasi pandemi sekarang ini harus membuat pustakawan lebih kreatif dan inovatif dalam mengampanyekan literasi," ujar dia.
Joko mengatakan parameter pembangunan perpustakaan di Indonesia mencakup kemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, tenaga perpustakaan yang terampil, kreatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, tranformasi perpustakaan berbasis koleksi dan program untuk masyarakat, serta komitmen dan dukungan para pemangku kepentingan untuk transformasi perpustakaan yang berkelanjutan.
"Arah transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah sebagai pusat budaya, pusat kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat,” tuturnya.
Baca juga: Perpusnas: Perpustakaan harus jadi garda terdepan beri kehidupan layak
Baca juga: Perpusnas: Perpustakaan akan jadi wahana pembelajaran masyarakat
Baca juga: Perpusnas : jumlah pengguna i-Pusnas naik tiga kali lipat saat pandemi
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020