Belum ada pihak yang mengklaim bertangung jawab atas serangan itu, namun Lahore, kota pusat kebudayaan Pakistan, seringkali menjadi sasaran serangan Taliban yang mengobarkan pemberontakan dua setengah tahun yang telah menewaskan lebih dari 2.600 orang di negara itu.
"Kami telah menemukan 33 mayat dan membawa 95 orang yang terluka ke beberapa rumah sakit," kata Dokter Rizwan Naseer, kepala badan penyelamatan kota itu, kepada AFP.
Kepala kepolisian Lahore Muhammad Pervez Rathore mengatakan, bom-bom itu tampaknya dipasang di Moon Market dan diledakkan dari jarak jauh, dan ia menyebutkan jumlah kematian yang sedikit lebih kecil, sementara mayat-mayat masih diangkat dari reruntuhan.
"Duapuluh-tujuh orang tewas namun jumlah kematian mungkin naik. Sebanyak 137 orang terluka," katanya. "Ledakan-ledakan itu memutuskan aliran listrik. Kebakaran melalap seluruh pasar itu."
"Kami khawatir masih ada mayat di dalam," tambahnya.
Kedua bom itu meledak dalam jarak sekitar 30 meter, kata pejabat kepolisian kota itu Shafiq Ahmad.
"Terjadi dua ledakan dalam selang waktu sekitar 30 detik. Satu di depan sebuah bank dan satu lagi di depan kantor polisi," katanya.
Stasiun-stasiun televisi Pakistan menunjukkan gambar sejumlah bangunan yang terbakar, sementara petugas penyelamat bergegas ke lokasi bencana dan pemadam kebakaran berjuang untuk mematikan kobaran api.
Sejumlah kendaraan dan toko rusak parah di daerah Moon Market di pusat kota yang berpenduduk hampir delapan juta orang itu.
Sebelumnya Senin, 10 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri di luar sebuah pengadilan di kota Peshawar, Pakistan baratlaut, yang dilanda serangan-serangan Taliban untuk membalas ofensif militer terhadap mereka di kawasan itu.
Serangan-serangan dan pemboman bunuh diri meningkat sejak Pakistan meluncurkan ofensif besar-besaran pada Oktober yang dirancang untuk melenyapkan gerilyawan Taliban dari tempat-tempat persembunyian mereka di Waziristan Selatan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di kawasan itu, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerh berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan tempat lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan, yang sedang digempur pasukan darat Pakistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus tahun lalu, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Sebanyak 30.000 prajurit Pakistan kini mengambil bagian dalam ofensif terhadap sekitar 10.000 hingga 12.000 militan di kawasan suku semi-otonomi Waziristan Selatan yang dilanda kekacauan. Pekerja-pekerja bantuan mengatakan, ratusan ribu orang mengungsi akibat pertempuran itu.
Militer Pakistan sebelumnya meluncurkan ofensif besar-besaran setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009