Imam Karsono (35), warga RT01 Rw10 Perumnas III, mengatakan, hujan yang terjadi sekitar pukul 17.30 WIB hingga 20.00 WIB telah merendam sedikitnya 150 rumah warga di jalan raya Bali, dan Nusantara.
"Hujan terus mengguyur Kota Bekasi sejak sore hingga menyebabkan air naik setinggi betis orang dewasa bahkan airnya masuk ke dalam rumah," ujar Imam, di Bekasi, Minggu.
Ia mengatakan, banjir dikomplek perumahan tersebut rutin terjadi selama musim hujan.
"Penyebabnya, selokan air di lingkungan Perumnas III berada lebih tinggi dari badan jalan dan jarang dilakukan pengerukan sehingga mampet," katanya.
Pantauan ANTARA di lokasi melaporkan, genangan air di kawasan tersebut masuk ke rumah warga melalui teras rumah, pintu, lantai rumah, saluran WC dan celah-celah lantai.
Sejumlah warga sekitar nampak mengungsi ke rumah tetangga yang memiliki bangunan lebih tinggi guna menyelamatkan sejumlah barang-barang berharga.
"Banjir kali ini adalah untuk yang pertamakalinya terjadi pada 2009. Kebetulan rumah tetangga saya tingkat sehingga barang saya simpan di sana guna mengantisipasi datangnya hujan susulan," ujar Medi (25) warga setempat.
Sementara itu, air di sekitar kawasan Perumnas mengalir ke sejumlah lokasi perumahan yang berada lebih rendah seperti Perumahan Griya Utama, Kecamatan Bekasi Timur.
Ahmad Sopyan (54), warga Blok B1 nomor 10 Perumahan Griya Utama, mengatakan genangan air yang terjadi di rumahnya akibat limpahan air dari wilayah Perumnas III.
"Meski hujan sudah mulai surut, namun permukaan air bertambah tinggi. Drainase di perumahan kami tidak sanggup menampung debit air yang cukup besar dari Perumnas III," ujarnya.
Banjir juga mengakibatkan sejumlah ruas jalan di wilayah Bekasi timur tergenang air, akibatnya arus lalulintas kendaraan dan tempat usaha di sekitarnya terganggu.
"Saya minta pemerintah segera memperbaiki sarana drainase di ruas jalan raya Agus Salim, Bekasi Timur mulai dari Simpang Patal hingga Lapangan Multiguna karena sudah bertahun-tahun tidak berfungsi," ujar Dimas Prayoga (22) warga Griya Agus Salim nomor 77, Bekasi Timur.
Menurut Dimas, air menggenangi badan jalan dan naik ke trotoar jalan hingga menyebabkan rumah makan miliknya tergenang air setinggi lutut orang dewasa.
"Saya dan beberapa warga lainnya terpaksa menjebol aspal agar airnya bisa segera masuk ke selokan, sebab bila hal ini tidak dilakukan warung saya tidak didatangi pembeli sampai kondisi kembali normal," katanya.
Dimas bersama dengan dua rekannya sepakat membobol aspal pinggir jalan menggunakan palu dan pahat. Upaya tersebut terbukti dapat mengurangi debit air akibat sejumlah lubang drainase tersumbat tanah dan sampah.
Secara terpisah Camat Bekasi Timur, Cecep Muntasar, mengatakan musibah banjir di kawasan Bekasi Timur lebih disebabkan oleh minimnya lahan terbuka hijau.
"Saya berharap pihak terkait segera menyediakan setu (danau penampungan air) sebagai langkah antisipasi terhadap banjir di wilayah kami," ujarnya.
Menurut Cecep, pihaknya telah melakukan lobi lahan dengan pengembang di wilayah Karang Kitri Bekasi Timur untuk menggunakan lahan seluas dua hektare sebagai situ.
"Saya optimistis dengan adanya setu tersebut musibah banjir di wilayah Bekasi Timur dapat ditekan hingga 70%," ujarnya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009