Teheran (ANTARA News/AFP) - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei hari Minggu mengecam AS dan Inggris dan menyebut mereka sebagai "musuh-musuh" utama Iran, demikian dilaporkan media pemerintah.
Khamenei memperingatkan bahwa AS dan Inggris akan gagal mengucilkan Iran terkait dengan program nuklirnya, kata televisi pemerintah.
"Amerika berada di bagian atas daftar musuh dan Inggris adalah yang paling mengerikan," kata televisi itu mengutip pernyataan Khamenei di depan ribuan orang yang memperingati acara besar Syiah.
"Orang-orang Amerika, Zionis dan kekuatan penindas lain berusaha mengucilkan Iran selama 30 tahun terakhir, namun mereka gagal, dan berkat bantuan Tuhan, mereka juga akan gagal lagi di masa datang," kata Khamenei, menanggapi ancaman terus-menerus Barat untuk mengucilkan Iran terkait dengan program atom kontroversialnya.
Khamenei, pemimpin paling berpengaruh yang kata-katanya menjadi penentu terakhir bagi semua masalah nasional, mengatakan, negara-negara Barat yang dipimpin Washington berbohong ketika mereka mengklaim bahwa program nuklir Teheran bertujuan membuat senjata nuklir.
"Kami meminta mereka berhenti berbohong dan kami telah mengatakan di masa silam bahwa bangsa Iran mengupayakan teknologi nuklir dan jika kami tidak memperolehnya hari ini, maka besok, bila ekonomi dunia dikemudikan oleh kekuatan nuklir, kami sudah akan terlambat," kata ulama tersebut, yang menegaskan lagi bahwa tujuan nuklir Iran adalah untuk kepentingan damai.
"Bangsa Iran ingin memperolehnya sehingga mereka tidak perlu memohon kepada orang Barat 20 tau 30 tahun kemudian. Namum orang-orang Barat melalui kampanye bohong mencegah kami mendapatkannya," tambahnya.
Ketegangan menyangkut program nuklir Iran memuncak dalam beberapa pekan ini setelah mereka menolak perjanjian nuklir yang ditengahi badan atom PBB dan juga mengumumkan rencana untuk membangun 10 pabrik pengayaan uranium baru.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sejauh ini menengahi sebuah rencana dimana Iran akan mengirim uranium yang diperkaya dalam tingkat rendah ke Rusia dan Perancis, namun Teheran telah menolak usulan tersebut.
Berdasarkan prakarsa itu, Iran diberi pilihan mengirim sekitar 75 persen uraniumnya yang diperkaya dalam tingkat rendah ke luar negeri untuk diubah menjadi lempeng bahan bakar bagi keperluan reaktor Teheran yang membuat isotop untuk perawatan kanker.
Ketika ditanya apakah penolakan Iran itu akan mengarah pada penerapan sanksi-sanksi baru, satu sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan bahwa ada pembahasan umum mengenai sanksi namun belum ada hal terinci yang mulai dibicarakan.
Negara-negara besar dunia ingin mengurangi cadangan uranium Iran itu hingga di bawah tingkat yang diperlukan untuk membuat sebuah bom atom -- jika uranium itu diperkaya dalam tingkat tinggi.
Israel dan sejumlah negara Barat menuduh Iran menggunakan program nuklirnya sebagai selubung untuk membuat senjata atom, namun Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil damai.
Para pejabat Iran juga telah berjanji melanjutkan program pengayaan uranium dan menolak ancaman sanksi-sanksi baru.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009