Semarang (ANTARA News) - Masaya Azka Putra Hartana (4) menjadi korban penculikan yang dilakukan oleh bekas pembantu rumah tangga (PRT)-nya. Ayah korban, Brigadir Tri Hartana (31) yang merupakan anggota Detasemen A Kompi Satu Brimob Polda Jawa Tengah, melapor di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polwiltabes Semarang, Minggu.

Dihadapan petugas, ayah korban menjelaskan bahwa anak pertamanya diculik oleh orang yang pernah dua tahun bekerja sebagai pembatu di rumah dan sudah cukup akrab dengan keluarganya.

"Bekas PRT tersebut bernama Ernawati (18), warga Desa Tlepet, Wonosegoro, Boyolali datang ke rumah saya bersama seorang temannya bernama Nailatul Munakoriyah (18) sejak seminggu yang lalu agar dicarikan pekerjaan," kata Tri yang beralamat di Asrama Brimob Srondol, Banyumanik, Semarang Selatan.

Ia mengatakan, pada saat kejadian, Sabtu (5/12) pagi, tersangka penculikan menerima telepon dari seorang laki-laki. Tidak lama kemudian, yang bersangkutan pamit kepada keluarga korban akan pergi ke rumah salah seorang kerabatnya dengan mengajak korban.

"Sebenarnya saya sudah melarang tersangka pergi mengajak anak saya, tapi karena dia berjanji hanya sebentar maka saya izinkan, lagi pula saya sudah cukup mengenal tersangka," ujarnya.

Pada Sabtu (5/12) siang, ibu korban menelepon tersangka dan bertanya keberadaannya, namun oleh tersangka dijawab dirinya beserta korban sedang berada di Salatiga.

"Istri saya yang terkejut mendengar hal itu kemudian meminta agar tersangka segera membawa kembali anaknya tapi tidak digubris dan telepon seluler tersangka bahkan dimatikan sehingga tidak dapat dihubungi lagi ," katanya.

Ayah korban juga telah menghubungi pihak keluarga tersangka di Boyolali, Jawa Tengah, namun tersangka tidak berada di sana.

Setelah ditunggu hingga Minggu (6/12) pagi anaknya tidak kembali ke rumah maka ayah korban melaporkan dugaan penculikan tersebut ke SPKB Polwiltabes Semarang.

Hingga saat ini kasus penculikan tersebut masih ditangani pihak kepolisian dengan mencari keberadaan tersangka di sejumlah tempat yang diduga menjadi persembunyiannya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009