"Saya mohon pemerintah melakukan penyaringan setiap jemaah calon haji, terutama yang berkaitan dengan kondisi kejiwaannya," kata petugas TKHI kelompok terbang tujuh Debarkasi Surakarta, dr Dani Puji Lestari, setibanya di Asrama Haji Donohudan, Baoyolali, Sabtu.
Menurut Dani, merasa lebih mudah merawat 10 orang sakit dari pada seorang yang mengalami gangguan jiwa karena akan merepotkan petugas maupun jemaah lainnya saat di Tanah Suci.
Dani yang mengaku sebagai TKHI selama 38 hari bertugas mendampingi jemaah, mengaku kerepotan menghadapi salah seorang jemaah yang terganggu jiwanya.
Menurut dia, jemaah tersebut sempat dirawat di rumah sakit baik di Madinah maupun di Mekah Arab Saudi selama enam hari, namun ketika dikembalikan ke rombongannya semua menolak karena suka membuka tas dan kopor jemaah lain untuk mengacakacak isinya termasuk merobek-robek berkas laporannya.
"Bahkan, untuk mandi saja harus dimandikan," kata Dani yang sehari-hari bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit Jiwa Magelang.
Dani menjelaskan, dari 374 jemaah haji asal Kabupaten Magelang yang tergabung kloter tujuh, 233 di antaranya tergolong resti atau rata-rata menurun kesehatannya setiba di Tanah Suci, terutama yang mengidap penyakit hypertensi dan diabetes.
"Hampir setiap hari ada sekitar 40 jemaah yang berobat, sehingga obat yang dibawa tidak mencukupi," kata Dani.
Apalagi, setelah Fadliyah binti Pahroji (63) asal Gedongan Kulon, Bondowoso Mertoyudan Kabupaten Magelang, terjatuh akibat terinjak jemaah asal Turki setibanya di Madinah.
Fadliyah mengalami patah tulang pada kaki kirinya sehingga harus dioperasi dengan pemasangan pen di rumah sakit Madinah.
Jemaah haji kloter delapan asal Kabupaten Pekalongan dan Magelang yang dijadwalkan pukul 14:00 WIB baru pukul 16:35 WIB tiba di Surakarta, sedangkan kloter sebilan asal Pekalongan dijadwalkan tiba pukul 23:45 WIB dari rencana semula pukul 19:00 WIB. (*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009