Makassar (ANTARA News) - Penyesalan atas tindakan kepalsuan yang dilakukan manusia dipentaskan di Aula Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Sabtu malam.

Pentas seni yang diselenggarakan Kala Teater bekerjasama dengan Yayasan Kelola dan Hivos dibanjiri penonton, terbukti 100 tiket yang disiapkan panitia tidak cukup.

Dengan mengambil tema "stanza diri yang pecah" tiga aktor Syahrini Fathi, Salmiah dan Indra Bayu selama satu jam menampilkan adegan menyiksa dirinya sebagai penyesalan atas kepalsuan yang mereka lakukan.

Karena tersiksa, mereka membantingkan dirinya ke lantai, menampar mulut, mencabik-cabik kepala, sampai memukul dada sendiri akibat perilaku kepalsuan yang mereka lakukan.

Dipenghujung pentas, Syahrini dan Salmiah saling merangkul, tetapi hanya dalam beberapa tarikan napas mereka saling membanting lalu mendekap dan membanting lagi hingga terkulai lemas.

Intinya mereka ingin mengungkapkan jika kepalsuan itu memang tidak luput dari kehidupan manusia, namun mereka memperingatkan jika kepalsuan itu juga membuat seseorang akan tersiksa.

Menurut Manajer Produksi Kala Teater, Bakti M Munir, tema kepalsuan yang mereka angkat didasarkan pada hasil penelitian melalui kuesioner ke berbagai kalangan di Kota Angin Mamiri Makassar.

Sementara sutradara yang juga penulis naskah karya ini, Shinta Febriany mengemukakan, manusia dalam relasi sosialnya tidak dapat menghindari kepalsuan, karena sudah melekat pada diri setiap orang, entah disadari atau tidak.

Manusia umumnya menggunakan topeng kepalsuan demi membangun citra diri positif di mata orang lain, serta terus direproduksi dan dikenakan pemiliknya demi mencapai tujuan yang diinginkan, yakni menyenangkan diri sendiri dan orang lain.

Pertunjukan stanza diri yang pecah ini terselenggara atas kerja sama Kala Teater dengan Yayasan Kelola dan Hivos. Shinta termasuk di antara tiga seniman perempuan Indonesia yang meraih penghargaan empowering women artists dari dua yayasan tersebut.

Seperti karya-karya Shinta sebelumnya, stanza diri yang pecah ini juga minim teks, lebih dominan menggunakan ekspresi tubuh para aktor untuk menyampaikan gagasan tematik dan artistiknya di atas pentas.

Kala Teater merupakan perkumpulan teater yang proses kreatifnya senantiasa berpijak pada pengalaman-pengalaman yang muncul dalam relasi antarmanusia seperti, Kisah Tubuh (2006), Kisah Tubuh, yang Terasing dan Semu (2007) dan Mala Jiwa (2008).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009