Bandung (ANTARA News) - Komisi D DPRD Kota Bandung, Jawa Barat, segera memanggil Dinas Kesehatan (Dinkes) terkait warga kota Bandung yang terkena filariasis atau kaki gajah.
"Kami belum mendengar adanya kasus filarisasi yang menyerang warga kota Bandung. Tapi untuk memastikannya kami akan memanggil Dinkes," kata Ketua Komisi D Kota Bandung, Ahmad Nugraha di Bandung, Jumat.
Ia menjelaskan, komisi D nanti akan meminta penjelasan dari Dinkes latar belakang warga yang terkena kaki gajah dan dampaknya. Disamping itu, Dinkes juga harus mengantisipasi kalau-kalau terjadi kasus yang sama menimpa warga kota lainnya.
Menurutnya, antisipasi itu wajib hukumnya, apalagi sudah ada temuan kasus. Pemkot dalam hal ini Dinkes tidak boleh menggangap enteng hal itu, jangan sampai warga Kota Bandung jadi resah.
Menurutnya, antisipasi juga perlu dilakukan sejak dini, jangan menunggu jatuh korban dari penyakit tersebut. Walaupun Kota Bandung bukan daerah endemis, tapi harus ada antisipasi untuk mencegahnya.
"Saya tidak sependapat dengan Dinkes Kota Bandung yang terkesan menggangap enteng hasil temuan, hanya dengan indikator hasil test sample darah yang menunjukkan bahwa Kota Bandung jauh dari endemi filariasis," ujarnya.
Disamping itu, Komisi D juga akan mengumpulkan seluruh rumah sakit baik swasta maupun daerah yang ada di Kota Bandung. Hal dilakukan untuk menanyakan sejauh mana kesiapan rumah sakit untuk mengantisipasi filariasis.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Gunadi Sukma Bhinekas, mengatakan, bahwa dirinya siap memberikan penjelasan yang diminta oleh DPRD Kota Bandung.
"Kami siap menjelaskan semua temuan di lapangan dan hasil uji sample kemarin. Kami hanya tunggu waktu kapan akan dipanggil oleh dewan," katanya.
Gunadi meminta agar warga Kota Bandung tidak perlu khawatir dengan ditemukannya satu pasien di Kota Bandung yang menderita kaki gajah. Pasalnya, Kota Bandung bukanlah daerah endemis filariasis (Kaki gajah).
"Kota Bandung bukan daerah endemi kaki gajah, jadi buat apa melakukan pengobatan masal. Bisa-bisa nanti yang sehat menjadi sakit. Kami sudah mensosialisasikan terkait ini dan memberikan penjelasan kepada masyarakat," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009