Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berencana mengimpor gula pada awal 2010 karena terdapat kekurangan persediaan untuk konsumsi dalam negeri sebanyak 500 ribu ton.
Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar usai rapat kabinet paripurna di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat, mengatakan izin impor gula putih untuk konsumsi itu saat ini sedang diproses di Departemen Perdagangan.
"Itu ada di Mendag, izinnya sedang diproses. Mudah-mudahan akhir Desember ini sudah selesai untuk perizinannya. Sehingga dugaan saya awal 2010 bisa dilakukan. Kita ternyata masih kurang 500 ribu ton untuk gula kristal putih," ujarnya.
Mustafa menjelaskan impor gula sebanyak 500 ribu ton itu akan dibagi-bagi untuk dilakukan oleh beberapa BUMN, di antaranya adalah PT Perkebunan Nusantara, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), dan Badan Urusan Logistik (Bulog).
"Kalau plafonnya sih 5.000 ribu ton. Syukur-syukur kalau kita hanya butuh 300 ribu ton. Itu amannya kita buat seperti itu, kita buat kesepakatan bersama 500 ribu ton," katanya.
Meneg BUMN menjelaskan sampai saat ini pemerintah belum memutuskan negara pengimpor gula yang akan dipilih. Ia hanya menyebutkan pemerintah mempertimbangkan negara yang lebih dekat seperti Thailand, India China.
"Ini yang belum jelas. Kita memang kalau dapat dari Thailand lebih senang, tetapi Thailand sendiri belum kelihatan surplusnya. Dicari juga dari India dan China, tetapi di sisi lain India juga masih defisit karena faktor iklim. Tetapi ya kita cari nanti dari beberapa negara itu," katanya.
Jika tiga negara tersebut tidak bisa memenuhi permintaan impor, lanjut Mustafa, maka pemerintah juga bisa berpaling kepada negara lain seperti Brasil dan Kanada.
"kalau memang di sini `shortage`, barangkali juga bisa dibawa dari jarak jauh lagi. Tetapi kita usahakan yang dekat dululah," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui masalah rencana impor gula pada awal 2010 sudah pernah dirapatkan oleh pemerintah.
Namun, menurut Hidayat, jumlah yang akan diimpor hanya 300 ribu ton. "Kira-kira 300 ribu ton, saya pernah ikut rapatnya, awal 2010 dilakukan," ujarnya.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009