"Saya dan teman-teman mempertanyakan hasil tes cepat yang dilakukan kepada kami, karena hasil tes cepat yang dilakukan kepada kami terdapat perbedaan. Contoh, ke empat teman saya yang dinyatakan reaktif, namun dari hasil swabnya negatif," kata Mauri, salah satu pekerja Bumi Raya Land yang terdapat di kawasan Transmart Kubu Raya yang saat ini sedang diisolasi mandiri bersama 15 temannya yang lain, Sabtu malam.
Terkait hal itu, dirinya mempertanyakan tolok ukur pasien COVID-19 yang dinyatakan positif seperti apa. Padahal Mauri menyatakan dirinya dan teman-temannya yang lain yang saat ini di isolasi, tidak merasakan sakit apa-apa, sehingga petugas medis menyatakan mereka sebagai OTG.
"Makanya, kami bingung dengan hasil tes tersebut. Padahal, sebenarnya kami semua sudah sepakat untuk pulang ke kampung halaman kami masing-masing untuk merayakan Idul Adha, namun tidak bisa pulang karena harus di isolasi," tuturnya.
Mauri menceritakan, dirinya terkejut saat kami didatangi petugas medis yang melakukan tes cepat COVID-19 dan dirinya sendiri tidak mengetahui petugas dari mana yang melakukan tes cepat tersebut.
"Soalnya setelah kami pulang lembur kerja sekira pukul 03.00 pagi, tiba-tiba pagi harinya kami didatangi puluhan Satpol PP dan tenaga medis yang akan melakukan tes cepat itu. Tentunya saat itu kondisi tubuh kami sangat capek dan spontan kami semua terkejut," katanya.
Baca juga: 16 pekerja bangunan asal Jateng di Kubu Raya terkonfirmasi COVID-19
Baca juga: 3.235 tenaga kerja se-Kalbar dirumahkan akibat COVID-19
Pekerja proyek
Sementara itu, Guntoro, pasien positif COVID-19 lainnya, menceritakan kedatangannya ke Kubu Raya merupakan yang kedua kalinya untuk menyelesaikan proyek pembangunan Bumi Raya Land. Setelah sebelumnya pada tahun 2019 lalu dirinya juga sudah mulai bekerja di tempat itu.
"Selama saya bekerja menyelesaikan proyek bangunan Bumi Raya Land sejak 4 bulan lalu, saya tidak pernah ke Transmart Kubu Raya. Makanya dirinya menyayangkan pernyataan kalau pekerja Transmart Kubu Raya positif COVID-19. Jangankan mau main atau belanja, mau masuk aja kami tidak pernah, Pak. Karena kalau pulang kerja, kami langsung ke mess kami," katanya.
Guntoro merasa terkejut setelah dirinya dinyatakan positif COVID-19. Karena dirinya merasa tidak merasakan sakit ataupun gejala COVID-19. "Saya sendiri bingung, kok bisa saya dinyatakan positif COVID-19, padahal saya tidak memiliki penyakit dan tanda-tanda COVID-19," tuturnya.
Sama halnya dengan Mauri, Guntoro juga harus rela menunda kepulangannya ke Jawa Tengah akibat dinyatakan positif COVID-19. Namun dirinya bersama teman-teman lainnya termasuk Mauri sepakat kalau hari Selasa tanggal 4 nanti dia pasti pulang.
"Jujur, kami rombongan yang semuanya asal Jawa Tengah ini sudah membeli tiket pulang ke Semarang. Tapi kita juga harus mengikuti protokol kesehatan yang telah ditentukan pemerintah. Keluarga saya sudah nelfon saya untuk menanyakan kapan saya pulang dan saya belum berani menyampaikan kalau saya sekarang sedang COVID-19, karena saya takut kalau istri saya syok mendengarnya," kata Guntoro.
Seperti diketahui, sebanyak 16 pekerja pembangunan proyek kawasan Transmart Kubu Raya yang berasal dari Jawa Tengah (Jateng) terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan pemeriksaan tes usap (swab) yang dilakukan jajaran Dinkes Kalimantan Barat.
"Hari ini kami melakukan tes usap untuk pekerja dan pengunjung Transmart Kubu Raya, tak terkecuali para pekerja bangunan yang saat ini sedang bekerja membangun kawasan Transmart tersebut. Dari hasil tes yang kami lakukan, terdapat 16 pekerja bangunan yang terkonfirmasi positif COVID-19," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson di Pontianak, Selasa lalu.
Dia mengatakan, ke-16 pekerja tersebut berasal dari Jawa Tengah dan masuk ke Kubu Raya pada tanggal 25 Juni lalu dengan menggunakan kapal. Harisson menjelaskan, dari hasil usapan tersebut, 16 orang pekerja tersebut diminta untuk menjalani karantina selama 10 hari.*
Baca juga: ASN Kubu Raya sisihkan gaji untuk pencegahan COVID-19
Baca juga: Satu PDP COVID-19 di Kubu Raya meninggal
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020