Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Jumat mengatakan, koreksi terhadap rupiah dinilai biasa, karena pelaku pasar sangat hati-hati untuk membeli rupiah, mereka agak segan membeli rupiah, karena berbagai kasus yang terjadi di dalam negeri masih belum tuntas.
Kasus Bank Century misalnya, yang mendorong anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggunakan hak angket untuk menyelidiki lebih jauh penggunaan dana talangan pemerintah sebesar Rp6,7 triliun, katanya.
Menurut Edwin, rupiah sebenarnya bisa bergerak naik lebih jauh, apalagi ada rencana dari Amerika Serikat yang akan melepas dolar di pasar sebanyak 2.400 miliar dolar pada 2010.
Koreksi harga terhadap rupiah itu, karena pemerintah Jepang telah mengucurkan dana 10 triliun yen untuk menekan mata uang negara itu melemah, katanya.
Melemahnya yen, lanjut dia menekan pergerakan pasar uang, khususnya yen yang berimbas ke pasar uang domestik sehingga rupiah tertekan.
Namun tekanan pasar terlihat belum begitu besar, akibat rupiah dalam dua hari hanya turun 10 poin dan 12 poin relatif tidak besar.
Ke depan, menurut dia rupiah akan kembali membaik dengan adanya rencana pemerintah AS untuk melepas dolarnya di pasar uang global.
Karena itu, rupiah sepanjang bulan ini diperkirakan berada dalam kisaran sempit Rp9.400 sampai Rp9.450 per dolar, ucapnya.
Sementara itu, Pengamat pasar uang lainnya Krisna Dwi Setiawan mengatakan, rupiah saat ini memang agak sulit untuk bisa mencapai angka Rp9.300 per dolar, apalagi menjelang akhir tahun kebutuhan dolar meningkat.
Namun apabila bursa Wall Street terus menguat, bisa saja rupiah terpengaruh arus positif itu dan mendorong menguat, meski waktunya hanya tinggal tiga pekan pada akhir tahun ini, ucapnya.
"Kami optimis rupiah akan menguat apabila saham-saham Wall Street kembali membaik hingga akhir tahun ini," ucapnya.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009