London (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan Indonesia merupakan tempat berinvestasi yang menarik di dunia karena iklim yang kondusif serta pelayanan terpadu satu pintu (PTSB).
"Indonesia juga tidak terimbas adanya krisis ekonomi global," ujar Gita Wirjawan dalam wawancara khusus dengan koresponden ANTARA News London, Kamis sore usai acara penandatangan kerja sama antara BKPM dengan produsen bahan bakar sintetis Sasol dari Afrika Selatan.
Afrika Selatan tertarik berinvestasi di bidang batubara di Indonesia dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) dengan Kepala BKPM Gita Wirjawan di kantor The Indonesian Investment Promotion Centre (IIPC) St Martins House, ST Paul London, Kamis sore.
Penandatangan kerja sama dengan produsen bahan bakar sintetis terbesar di dunia, Sasol, dilakukan Ketua BKPM Gita Wirjawan dengan Managing Director Sasol Synfuels Internasional, Ernst Oberholster, disaksikan Dutabesar Luar Biasa dan berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia Yuri Thamrin.
Gita mengatakan banyak pengusaha Inggris menyatakan dukungannya dengan melihat situasi di Indonesia yang kondusif serta demokratis.
Menurut Gita, Inggris merupakan investor terbesar kedua di Indonesia. "Untuk itu, BKPM akan terus melakukan berbagai perbaikan, di antaranya dengan dibentuknya Indonesian Investment Promotion Centre (IIPC) yang representatif di tengah tengah pusat bisnis London," katanya.
Indonesia juga akan terus menjalin hubungan baik dengan pertimbangan perusahaan dari luar Inggris, sehubungan Inggris adalah tempat yang strategis untuk menjadi basis berinvestasi dan juga beroperasi.
"Seperti perusahaan Sasol dari Afrika Selatan yang punya perwakilan yang cukup besar di Inggris yang menjadi pertimbangan untuk melakukan penandatangan kerja sama tersebut," katanya.
Gita mengharapkan, adanya kerja sama dengan Sasol tersebut akan dapat mengurangi kekhawatiran akan pasokan minyak. "Kita harus berfikir jangka panjang dengan adanya batubara yang berlimpah di Indonesia," ujar peraih gelar Master of Public Administration dari Harvard University (2000) itu.
Selatan-Selatan
Kepala BKPM mengatakan, acara penandatanganan MoU atas nama Pemerintah Indonesia tersebut merupakan manifestasi kongkret dari kerja sama Selatan-Selatan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Afrika Selatan pada pengembangan energi.
Selain itu, acara tersebut merupakan hasil dari kunjungan Presiden Yudhoyono ke Afrika Selatan pada tahun 2005 yang dilanjutkan dengan kunjungan para pejabat dari kedua negara.
Managing Director Sasol Synfuels Internasional, Ernst Oberholster mengatakan, Sasol merupakan perusahaan publik berbasis bahan bakar sintetis terbesar di dunia yang beroperasi secara komersial dalam skala besar.
Dikatakannya, Sasol Synfuel Internasional berhasil mengembangkan Coal-to-Liquid (CTL) teknologi yang memberikan sumbangan kebutuhan energi dan juga Gas-to-Cairan teknologi yang digunakan di Afrika Selatan dan Qatar. Kapasitas Sasol sekitar 160.000 barel minyak mentah ekuivalen per hari, ujarnya.
Kepala BKPM Gita Wirjawan mengatakan, Pemerintah Indonesia percaya bahwa teknologi Sasol akan menghasilkan manfaat besar bagi negara.
Teknologi batubara menjadi cairan minyak merupakan salah satu pilihan sumber energi yang murah. Indonesia memiliki sekitar 60 miliar ton cadangan batubara, yang 85 persen di antaranya adalah batu bara muda.
Teknologi yang dimiliki Sasol dapat memproduksi sekitar 80.000 barel per hari dengan kualitas tinggi ultra-bersih bahan bakar transportasi di Indonesia. Biaya proyek terpadu diharapkan melebihi 10 miliar dolar AS.
Selain menandatangani kerja sama dengan BKPM, Sasol juga akan melakukan hal yang sama dengan perusahaan minyak dan gas negara Pertamina.
Penandatanganan MoU itu sekaligus peresmian Pusat Promosi Investasi di London. Hal ini sejalan dengan cetak biru kebijakan energi Indonesia 2025 yang bertujuan untuk diversifikasi dari minyak ke batubara. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009