Jakarta (ANTARA) - Beberapa ibu hamil berisiko terkena pre-eklampsia atau komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, namun yang penting diketahui adalah pre-eklampsia tidak sama dengan hipertensi.

Pre-eklampsia tidak memiliki gejala khusus, namun kebanyakan penderita pre-eklampsia memiliki ciri bertekanan darah tinggi dan terdapat protein pada urine. Pre-eklampsia biasanya dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang tekanan darahnya normal.

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Rudy Kurniawan, Sp.PD mengatakan pre-eklampsia hanya bisa terjadi pada kondisi hamil. Dia juga menegaskan bahwa pre-eklampsia bukanlah penyakit hipertensi.

"Kalau kita berbicara apakah hipertensi sama dengan pre-eklampsia? Tentu tidak, karena hipertensi adalah bagian dari pre-eklampsia. Dan kenapa bisa terjadi pre-eklampsia? Ada banyak faktornya," kata dr Rudy dalam bincang-bincang daring Tropicana Slim, Sabtu.

Beberapa faktor penyebab pre-eklampsia di antaranya gangguan pada metabolisme saraf umum seperti obesitas, hormonal dan genetik.

"Gangguan obesitas biasanya lebih tinggi berisiko mengalami pre-eklampsia, lalu ada hormonal. Saat hamil kan terjadi perubahan hormon pada tubuhnya maupun terjadi interaksi hormon dengan si janinnya," ujar dr Rudy.

"Ada beberapa kondisi tertentu yang meningkatkan risiko pre-eklampsia seperti kondisi genetiknya, kalau lebih parah lagi nanti jadi eklampsia," kata dr Rudy melanjutkan.

Untuk mencegah kondisi pre-eklampsia, ada baiknya ibu hamil selalu menerapkan pola hidup sehat, menjaga asupan makanan dan selalu rutin memeriksakan kehamilan.


Baca juga: Perempuan banyak kena penyakit ginjal, ini alasannya

Baca juga: Artikel - Vegetarisme dan misteri kematian Kartini

Baca juga: Dosen UNS lakukan penelitian minimalisasi preeklampsia

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020