Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan (Depkeu) Rahmat Waluyanto, Kamis, memperkirakan pada 2009 Indonesia akan berhasil menghemat bunga utang hingga Rp14,1 triliun.

"Itu penghematan bunga dari selisih antara pembayaran bunga utang dengan realisasinya," ujarnya.

Penghematan diperoleh karena dipengaruhi sejumlah faktor, seperti mekanisme pengelolaan utang "front-loading strategy" atau mengakumulasi sebanyak mungkin hasil penerbitan pada semester pertama tahun ini yang mencapai Rp7,85 triliun.

"Tahun ini 69 persen target penerbitan bruto SBN (Surat Berharga Negara) dicapai pada semester I, dari total target 2009 sebesar Rp144,5 triliun," ungkap Rahmat.

Faktor berikutnya adalah pasar yang memang mendukungpenurunan suku bunga pasar dan penguatan nilai tukar Rupiah yang berimplikasi positif terhadap yield (imbal hasil) SBN karena menambah nilai nominal Rupiah pada utang berdenominasi valas.

"Tapi front-loading strategy juga memengaruhi turunnya yield karena pelaku pasar domestik menjadi lebih percaya bahwa pemerintah tidak menambah suplai," lanjutnya.

Rp4 triliun sumber penghematan antara lain berasal dari rendahnya biaya utang akibat perubahan strategi pengurangan risiko pembiayaan kembali (refinancing risk).

"Semula melalui regular debt-switch menjadi penerbitan SBN jangka panjang multiple-tranches (berbagai jenis)," ujarnya.

Rahmat mengungkapkan juga ada penghematan sebesar Rp1,9 triliun dari penambahan SBN acuan (benchmark series) dengan yield dan bunga yang lebih rendah dan Rp1 triliun berasal dari pengurangan target obligasi negara.

Jumlah tersebut ditambah Rp250 miliar dari restrukturisasi sebagian pinjaman Bank Dunia menjadi fixed spread loans dan Rp700 miliar dari perubahan komposisi SBN valas.

Untuk itu, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2009 akan turun mencapai 30-31 persen dibandingkan 2008 yang mencapai 33 persen.

"Namun hal itu terjadi juga disebabkan oleh kenaikan PDB (produk domestik bruto) yang sangat tinggi akselerasinya, sehingga rasio utangnya terhadap PDB turun sekitar 30-31 persen," ujarnya.

Menurut Rahmat, untuk pengelolaan utang pada 2010, pemerintah akan tetap melakukan lelang SUN dan SBSN (sukuk) secara reguler, sedangkan untuk sukuk ditempuh melalui book building dan private placement (penempatan langsung).

Pemerintah juga akan mengombinasikan Surat Perbendaharaan Negara dengan obligasi negara dan akan lebih mengembangkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) selain sukuk ritel.

"Untuk valas malah kita sudah menerbitkan sukuk global tapi waktunya saya belum pasti, termasuk Samurai Bond yang akan tetap kita lanjutkan. Kita akan lebih melakukan diversifikasi instrumen dan pasar kita sehingga metode penjualan tidak hanya lelang namun juga private placement," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009