"Kami sebagai warga Kota Surabaya merasa kehilangan atas kepergian Ucok yang dalam setiap penampilannya selalu menyatakan kebanggaannya sebagai warga Kota Surabaya. Karena itu, kami meminta Pemkot memberikan penghargaan kepada Ucok sebagai warga kehormatan Surabaya," kata Ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) Sabrot D.Malioboro, Kamis.
Ia menyatakan amat terkesan terhadap semangat yang diperlihatkan penyanyi rock yang memiliki nama asli Andalas Datu Oloan Harahap atau dikenal sebagai Ucok Harahap itu dengan jenis musiknya yang ingar bingar dan diidolakan anak muda pada tiga dekade silam tersebut.
"Sampai akhir hayatnya, Ucok tidak pernah melepas jati dirinya sebagai vokalis rock. Konsistensi inilah yang perlu diteladani oleh para pemusik muda saat ini," katanya.
Sabrot juga sangat terkesan oleh perilaku Ucok sehari-hari. "Meski di panggung dikenal eksentrik karena selalu mengangkut peralatan unik yang tidak ada kaitannya dengan musik, seperti roda pedati, namun hatinya lembut," katanya.
Menurut dia, Ucok sering terlihat bergaul dan ngobrol santai dengan para tukang becak yang mangkal di sekitar Apotek Kaliasin di Jalan Kaliasin (kini Jln. Basuki Rahmat).
Nama apotek milik Ismail Harahap, ayah Ucok, itu kemudian diadopsi menjadi nama grup musik dan disingkat menjadi AKA. Selain Ucok yang juga dikenal sebagai pemain keyboard, grup AKA juga diawaki musikus Sunatha Tanjung (gitar), Arthur Kaunang (bass) dan Sjech Abidin (perkusi).
Sekitar tahun 1982, Ucok yang dalam setiap penampilannya terinspirasi penyanyi negro, Jimmy Hendrix, termasuk model rambutnya yang keriting, kemudian membentuk "Duo Kribo" bersama Ahmad Albar dan meninggalkan AKA yang kemudian berganti nama menjadi SAS, akronim dari Sunatha, Arthur, Sjech Abidin.
Meski berpisah, penyanyi yang sering menyanyikan album "Black Sabbath" itu tetap dikenal sebagai Ucok AKA hingga akhir hidupnya. Duet bersama Ahmad Albar ternyata tak bertahan lama.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009