Kabul (ANTARA News/AFP) - Penyergapan pejuang menewaskan seorang tentara Amerika Serikat di Afghanistan, kata tentara pada Rabu, menjadikan 300 jumlah tentara negara adidaya itu tewas di negara terkoyak perang itu pada tahun ini.
Tentara tersebut bertugas di Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF), yang dikelola persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO), dan tewas sesudah operasinya diserang di Afghanistan timur pada Selasa, kata tentara.
Itu merupakan kematian pertama tentara Amerika Serikat, yang diumumkan sesudah Presiden Barack Obama mengungkapkan rencana mengirim 30.000 tentara lagi ke Afganistan, dengan janji "mengusai prakarsa" untuk mengahiri perang tak disukai itu dan memulai penarikannya pada Juli 2011.
Afghanistan timur dan selatan adalah medan perang paling mematikan bagi 113.000 tentara Amerika Serikat dan NATO, yang sudah disebarkan di negara itu, tempat perlawanan pada tingkat paling maut sejak tentara pimpinan Amerika Serikat menggulingkan pemerintah Taliban pada 2001.
Kematian terakhir itu menjadikan 300 jumlah tentara Amerika Serikat tewas di Afganistan pada tahun ini, kata hitungan laman mandiri icasualties.org, sementara 295 tentara asing tewas dalam seluruh 2008.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.
Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.
NATO dan Amerika Serikat menempatkan lebih dari 100.000 tentara di Afganistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, yang pada tingkat paling mematikan dalam delapan tahun sejak serbuan 2001 pimpinan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban di Kabul.
Perang di Afganistan semakin mematikan pada beberapa bulan belakangan saat Taliban meningkatkan penggunaan IED, yang berdampak menghancurkan.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.
IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.
Dukungan untuk tugas Amerika Serikat di Afganistan merosot sampai dasar baru, dengan 44 persen dari warga negara adidaya itu menyatakan nilai perang itu sepadan dengan biayanya, kata jajak pendapat baru disiarkan pada Selasa.
Di antara peningkatan keterbelahan sikap atas yang pernah menjadi salah satu masalah utama politik luar negeri Presiden Barack Obama, jajak pendapat "Washington Post" dan ABC News itu juga menunjukkan peringkat untuk caranya mengurus tugas di sana terkikis, dengan 45 persen menyetujui caranya berurusan dengan Afganistan dan 47 mencela, sementara pada tahun lalu 63 persen setuju.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
rugi hidup..