Seoul (ANTARA News/AFP) - Korea Selatan (Korsel) Rabu mempertanyakan imbauan Korea Utara (Korut) bagi satu perjanjian perdamaian dengan Amerika Serikat, dengan menyatakan tujuan sebenarnya negara itu adalah mengulur waktu untuk membuat senjata-senjata nuklir lagi.
Komentar Menteri Luar Negeri Yu Myung Hwan diucapkan enam hari sebelum seorang utusan AS menurut rencana akan mengunjungi negara komunis itu dalam usaha membujuknya untuk kembali pada perundingan perlucutan nuklir enam negara.
"Perundingan Korut mengenai perjanjian perdamaian itu adalah bertujuan mengulur waktu dan terus membangun senjata-senjata nuklir sehingga dengan demikian negara itu bisa diakui sebagai negara nuklir," kata Yu dalam satu forum.
Menlu itu juga mengatakan setiap perjanjian perdamaian bilateral AS-Korut secara langsung menyangkut pada penyelesaian masalah nuklir tidak akan memadai.
Sikap Korut adalah bahwa pihaknya sudah menyelesaikan semua masalah antar Korea melalui Perjanjian Dasar 1992 yang ditandatangani dengan Seoul dan perjanjian perdamaian itu harus ditandatangani dengan Washington, kata Yu.
"Tetapi setiap perjanjian perdamaian harus melalui diskusi-diskusi yang melibatkan empat pihak terkait, Korsel, Korut, Amerika Serikat dan China," tegasnya.
Komando PBB pimpinan AS yang berperang membantu Korsel dalam perang tahun 1950-1953 sementara pasukan China mendukung Korut. Konflik itu berakhir dengan gencatan senjata dan bukan dengan perjanjian perdamaian resmi.
Yu menyatakan bahwa jaminan-jaminan keamanan bagi Korut sudah termasuk dalam satu pernyataan bersama yang ditandatangani Washington dan Pyongyang tahun 2000 dalam bulan-bulan terakhir pemerintah Clinton.
Kelompok perundingan enam negara yaitu dua Korea, AS, China, Rusia dan Jepang. Perjanjian perlucutan senjata nuklir ditandatangani dalam satu forum tahun 2005 dan 2007 yang mengantarkan satu perjanjian perdamaian resmi yang mengakhiri perang itu.
Akan tetapi Korut mengundurkan diri dalam perundingan enam negara itu April tahun ini dan melakukan uji coba senjata atom kedua Mei. Pemimpin Korut Kim Jong Il, Oktober lalu mengatakan ia siap kembali ke meja perundingan itu, tetapi hanya jika diskusi-diskusi bilateral dengan AS memuaskan.
Stephen Bosworth, wakil khusus AS menyangkut kebijakan Korut, menurut rencana akan mengunjungi Pyongyang 8 Desember.
Seorang pejabat senior mengemukakan pekan ini "tidak ada tanda yang mengkonfirmasikan" bahwa Korut akan kembali ke meja perundingan enam negara itu.
"Pada saat ini, kita harus mengatakan prospek-prospek itu gelap," kata pejabat tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009