Roma (ANTARA News/Reuters) - Menteri luar negeri Italia pada Rabu menyatakan Roma akan mengirim tentara tambahan ke Afghanistan seperti diminta Presiden Amerika Serikat Barack Obama, tapi menolak menyebut jumlah atau jadwal penempatan tentara tambahan itu.
Obama pada Selasa mengumumkan memerintahkan 30.000 lagi tentara ke Afghanistan, tapi berjanji mulai memulangkan mereka sejak pertengahan 2011.
Ia juga menyeru dukungan sekutu Amerika Serikat.
"Akan ada sumbangan Italia," kata Menteri Luar Negeri Franco Frattini kepada wartawan, dengan menambahkan, "Ini jelas bukan waktu untuk menyebut jumlah."
Ia juga mendesak sekutu Eropa meningkatkan tekad ketentaraan, dengan menyatakan mereka seharusnya "melakukan banyak, betul-betul banyak seperti yang akan dilakukan Italia".
"Prancis memberi jawaban tak pasti, Jerman tidak terburu-buru dan Inggris barangkali memberi sumbangan terbatas," tambahnya.
Italia memiliki 2.795 tentara di Afghanistan, sementara Inggris 9.000 orang, Jerman 4.365 dan Prancis 3.095 serdadu.
Sejumlah 21 tentara Italia tewas di Afghanistan sejak 2004, kata laman kementerian pertahanan Italia.
Enam tentara Italia tewas pada tengah September akibat serangan jibaku pejuang Taliban paling mematikan atas tentara persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.
Pembom jibaku menabrakkan mobil sarat bahan peledak ke iringan dua kendaraan peterjun Italia di Kabul tengah, tidak jauh dari kedutaan besar Amerika Serikat di jalan ramai bandar udara, menewaskan tentara itu dan 10 warga Afganistan.
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi sesudah serangan itu menyatakan Roma sekarang ingin memangkas tentaranya di Afganistan, tapi hanya dengan kesepakatan dari mitranya di NATO.
"Kami ingin membawa anak kami pulang secepat mungkin," kata Berlusconi.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.
Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.
NATO dan Amerika Serikat menempatkan lebih dari 100.000 tentara di Afganistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, yang pada tingkat paling mematikan dalam delapan tahun sejak serbuan 2001 pimpinan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban di Kabul.
Perang di Afganistan semakin mematikan pada beberapa bulan belakangan saat Taliban meningkatkan penggunaan IED, yang berdampak menghancurkan.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.
IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.
Bantuan tentara Italia ke Afghanistan untuk pemilihan presiden negara terkoyak perang itu mulai pulang pada pekan kedua November, kata menteri pertahanan Italia.
Sekitar 400 tentara, yang dikirim untuk meningkatkan kekuatan bagi pemilihan umum pada 20 Agustus, pulang sesudah pembatalan pemungutan suara tahap kedua.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009