Jakarta (ANTARA News) - Pjs Gubernur Bank Indonesia/Deputy Gubernur Senior BI, Darmin Nasution, mengatakan, cadangan devisa akhir tahun diyakini akan bisa mencapai 66 miliar dolar AS yang berarti akan mampu membiayai impor, cicilan hutang dan bunga hingga 6,5 bulan.
"Kita percaya pada akhir tahun, cadangan devisa kita mencapai 66 miliar dolar AS, sehingga cadangan devisa kita sudah mampu membiayai 6,5 bulan impor ditambah pembayaran cicilan dan bunga hutang," kata Pjs Gubernur Bank Indonesia/Deputy Gubernur Senior BI, Darmin Nasution, usai beraudisi dengan Wapres Boediono di Jakarta, Rabu.
Menurut Darmin, pada tahun lalu, cadangan devisa yang dimiliki baru mampu membiayai sekitar 4,5 bulan. Dengan demikian, tambahnya, jika tahun ini mampu membiayai hingga 6,5 bulan, maka telah terjadi perkembangan yang menggembirakan. Lebih lanjut Darmin menjelaskan, hingga akhir Oktober, cadangan devisa sudah mencapai 64,5 miliar dolar AS. Dan pada akhir Nopember, meski belum menerbitkan angka resmi tapi cadangan devisa sudah melampaui 65 miliar dolar AS.
Darmin mengakui hal itu sebagai sebuah perkembangan yang cukup bagus meskipun diakuinya tidak punya rencana khusus untuk menaikkan sebesar-besarnya cadangan devisa. Darmin mengakui dengan mempunyai cadangan devisa yang lebih besar, maka akan menjadi lebih baik.
"Karena itu akan mengamankan diri kita lebih tinggi, terhadap gejolak yang terjadi di pasar devisa dan kurs," kata Darmin.
Sementara mengenai kurs mata uang, Darmin mengatakan, relatif stabil, walau pun ada polaritas naik sedikit atau turun sedikit. Tetapi, tambahnya, arahnya bisa dikatakan dolar AS cenderung melemah, dengan kata lain, rupiah cenderung stabil dan bahkan bisa menguat dalam waktu satu tahun ke depan.
Darmin juga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke- III tahun ini mencapai 4,2 persen. Dengan demikian, akan kelihatannya target pertumbuhan 4,3 persen untuk sepanjang tahun akan bisa tercapai. Sementara untuk inflasi pada tahun ini diperkirakan hanya sebesar tiga persen.
"Ini merupakan inflasi terendah yang terjadi yang kita alami," kata Darmin.
Dalam penjelasan lainnya, Darmin mengatakan, untuk kredit perbankan, secara total pertumbuhannya tidak sebesar tahun lalu. Bahkan, diakuinya tidak sebesar dari yang ditargetkan tahun ini. Menurut Darmin, target kredit untuk tahun ini sebesar 15 persen. Namun, dalam realisasinya hanya mendekati 10 persen.
"Tapi kalau dilihat lebih detil, akan terlihat ada sektor yang pertumbuhannya mecapai 15 persen atau lebih sedikit yakni; di sektor pertanian, komunikasi, dan angkutan listrik," katanya.
Sementara yang mengalami kelambatan di industri manufaktur. Sedangkan jika dilihat dari skalanya untuk kredit UMKM, pertumbuhan kreditnya mencapai 15 persen. Yang justru agak lambat terjadi pada kredit usaha besar.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009