"Tidak ingin nantinya Januari 2010 kami menaikkan kembali BI rate," kata Darmin dalam acara "Investor Summit and Capital Market Expo 2009" di Jakarta, Rabu.
Menurut Darmin, kebijakan BI-rate tidak hanya untuk mengantisipasi kebijakan saat ini, tetapi untuk antisipasi kebijakan pada tahun depan.
Idealnya selisih antara inflasi dengan BI-rate sekitar 1,5 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin (1/12) menyatakan bahwa November 2009 deflasi sebesar 0,03 persen sehingga inflasi tahun kalender (Januari-November) 2,45 persen dan secara tahunan (YoY) baru 2,41 persen.
Darmin mengatakan, jika BI-rate hanya didasarkan pada data saat ini akan mengalami perubahan tiap bulan.
Dia juga menegaskan bahwa kebijakan BI-rate ini juga mengantisipasi perkiraan inflasi 2010 yaitu di kisaran 5 persen plus minus satu dan biasnya lebih ke atas.
"Inflasi 2010 diperkirakan berada di sekitar 5-5,5 persen. Dengan perhitungan inflasi tersebut maka BI-rate yang pas adalah di posisi 6,5 persen," jelas Darmin.
BI memperkirakan tekanan inflasi berasal dari naiknya kembali harga-harga komoditas yang pada tahun ini mengalami penurunan, termasuk harga minyak mentah dunia yang akan berimbas pada harga lainnya.
"BI melihat tingkat suku bunga acuan atau BI-rate di posisi 6,5 persen telah sesuai dengan perkiraan inflasi yang akan terjadi di 2010," kata Darmin.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009