Program Mentari akan mendukung peningkatan penggunaan energi terbarukan di wilayah pinggiran
Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM mengungkapkan Program Mentari atau Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia bertujuan mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan pengurangan kemiskinan dengan mengembangkan sektor energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya di wilayah Indonesia timur.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam peluncuran daring Program Mentari di Jakarta, Kamis mengatakan peluncuran program Mentari dilakukan pada momen tepat karena program ini akan menjadi bagian dari kebijakan transisi energi bersih dan ramah lingkungan Indonesia.
"Program Mentari akan mendukung peningkatan penggunaan energi terbarukan di wilayah pinggiran, melalui pelibatan sektor swasta termasuk investor dan pelaku bisnis global di sektor energi terbarukan," katanya.
Baca juga: Kementerian ESDM sebut 24 pembangkit EBT beroperasi semester I 2020
Program Mentari merupakan program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Inggris.
Dimulai setahun lalu tepatnya pada Februari 2019 melalui penandatanganan nota kesepahaman yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian implementasi Program Mentari periode 2020-2023 yang dilakukan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins dan Sekjen Kementerian ESDM Ego Syahrial pada 8 Mei 2020.
Menurut Syahrial, pandemi global COVID-19 telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), isolasi mandiri, dan menjaga jarak telah memukul sektor perekonomian secara signifikan.
Selain itu, pandemi ini juga menurunkan konsumsi energi. Permintaan energi Indonesia untuk pelaku bisnis dan industri masih sulit kembali pulih ke kondisi normal sebelumnya.
"Konsumsi bahan bakar kita turun hampir 80 persen dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Kendati demikian, sisi baiknya ialah kebijakan PSBB berdampak positif dalam mengurangi emisi karbon secara signifikan," katanya.
Dengan demikian, dalam kondisi seperti sekarang, maka produksi energi perlu disesuaikan dalam rangka menciptakan adaptasi kebiasaan baru, yang meliputi peningkatan program transisi energi ramah lingkungan.
Dalam rangka memenuhi energi ramah lingkungan, Indonesia telah menetapkan target porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.
Kebijakan ini dikombinasikan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 29 persen pada 2030 menuju sistem energi ramah lingkungan.
Untuk mencapai target-target tersebut sekaligua mendorong investasi energi terbarukan, lanjutnya, Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan peraturan presiden terkait feed-in tariff (FIT) EBT.
"Kita juga mendorong pemanfaatan energi terbarukan untuk menyediakan pasokan energi bagi masyarakat di wilayah-wilayah terpencil, sambil menargetkan untuk mengganti semua pembangkit tenaga diesel dalam tiga tahun mendatang," ujar Ego Syahrial.
Baca juga: Pacu investasi panas bumi, pemerintah siapkan kompensasi eksplorasi
Baca juga: Kementerian ESDM: Bauran energi baru terbarukan capai 11,51 persen
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020