Saya mengatakan kenyataan ini sangat ironis karena orang-orang yang berada di kantor umumnya berpendidikanJakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Rahmad Handoyo menyampaikan keprihatinan terkait munculnya klaster baru penyebaran COVID-19 yaitu di perkantoran, dan itu merupakan sebuah ironi.
"Saya mengatakan kenyataan ini sangat ironis karena orang-orang yang berada di kantor umumnya berpendidikan, semestinya sudah paham bagaimana seharusnya menyikapi ancaman COVID-19. Tapi kenyataannya banyak perkantoran yang menjadi klaster baru, khususnya di Jakarta," kata Rahmad Handoyo dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (29/7).
Dia mengatakan, sebelum vaksin ditemukan, kunci kemenangan dalam "perang" melawan COVID-19 hanya satu yaitu disiplin yang tinggi, dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan.
Rahmad menjelaskan, maraknya penyebaran COVID-19 di perkantoran merupakan keprihatinan bersama, semua pihak, dalam hal ini pihak perusahaan dan karyawan, harus bersama-sama meningkatkan kewaspadaan.
Rahmad mengatakan kenyataan yang mengkhawatirkan saat ini harus menjadi proses pembelajaran bersama agar kasus klaster perkantoran tidak meledak kembali dan semakin parah.
"Saya ingin mengimbau, khususnya kepada para pekerja dikantoran, mulai mendisplinkan diri sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah," ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan dalam menghadapi pandemi, banyak hal yang semestinya jadi bahan evaluasi misalnya peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang airborne yaitu penularan virus lewat udara juga harus menjadi perhatian.
"WHO sudah mengatakan tentang airborne, karena itu sirkulasi diudara juga harus diperhatikan. Pokoknya semua protokol kesehatan yang dianjurkan WHO dan pemerintah itu harus benar-benar dijalankan," katanya.
Dia juga menyoroti seringkali protokol kesehatan di perkantoran diabaikan para pekerja misalnya dalam rapat di kantor, jarak diantara peserta terabaikan, dan saat berbicara masker sengaja dibuka.
Menurut dia, membuka masker saat rapat, berpotensi menjadi penyebaran virus corona dari orang terpapar tanpa gejala (OTG) dan akhirnya perusahaan jadi klaster baru penyebaran COVID-19.
"Saya juga mendukung makan bersama di kantor misalnya usai rapat, ditiadakan saja. Karena saat makan bersama, semuanya membuka masker, sehingga kondisi seperti itu sangat berpotensi penyebaran virus," ujarnya.
Dia juga mengingatkan, sesuai data yang dikeluarkan Gugus Tugas, di Jakarta sebanyak 66 persen orang yang terpapar COVID-19 tertular dari orang tanpa gejala (OTG).
Baca juga: Tembus 20.000 kasus, penambahan kasus COVID-19 Jakarta catatkan rekor
Baca juga: Pegawai positif Corona, Kantor Komnas HAM tutup sepekan
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020