Harga yang ditetapkan Moderna Inc untuk satu paket berisi dua dosis vaksin lebih mahal 11 dolar AS (sekitar Rp159.000) dari vaksin yang dijual oleh Pfizer, perusahaan farmasi AS. Pfizer bersama perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, menjual vaksin seharga 39 dolar AS (sekitar Rp564.000) ke Pemerintah AS.
Sejumlah pengamat mengatakan harga jual yang disepakati Pfizer dan BioNTech bersama Pemerintah AS akan menyulitkan produsen vaksin lainnya untuk menetapkan harga sama. Pfizer dan BioNTech telah menyepakati penjualan vaksin COVID-19 untuk 50 juta pasien senilai dua miliar dolar AS (sekitar Rp28,9 triliun).
Harga vaksin yang ditetapkan Moderna Inc akan berlaku untuk AS dan negara-negara berpendapatan tinggi lainnya, demikian menurut laporan yang dikutip oleh Financial Times.
Baca juga: Rusia mulai uji klinis vaksin kedua COVID-19 pada manusia
Baca juga: LIPI: Uji klinis tahap II vaksin Genexine hanya libatkan 100 relawan
Seorang juru bicara Moderna mengatakan perusahaan masih membahas kemungkinan pengadaan vaksin yang disebut dengan mRNA-1273 dengan sejumlah negara. Namun, ia tidak menyebutkan informasi mengenai harga jual vaksin mengingat "aspek kerahasiaan isi pertemuan dan kontrak bisnis".
Harga akhir untuk vaksin buatan Moderna masih belum ditentukan, kata seorang narasumber yang mengetahui masalah tersebut.
Pfizer, Moderna, dan Merck & Co mengatakan mereka berencana mencari keuntungan dari penjualan vaksin, sementara produsen vaksin lainnya, Johnson & Johnson mengumumkan rencana harga vaksin ditetapkan tanpa pertimbangan mencari untung.
Sementara itu, AstraZeneca Plc sepakat untuk menyediakan 300 juta dosis calon vaksin sebagai timbal balik atas dukungan dana sebesar 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp17,36 triliun) yang dibayar di muka.
Dengan demikian, harga vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca sebesar 4 dolar AS (sekitar Rp57.000) per dosisnya.
Pemerintah AS menyiapkan hampir satu miliar dolar AS (sekitar Rp14,47 triliun) untuk mendukung penelitian dan pengembangan calon vaksin buatan Moderna Inc.
Dana itu merupakan bagian dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang disebut "Operation Warp Speed". Langkah itu bertujuan untuk mempercepat produksi vaksin COVID-19 yang saat ini telah menewaskan lebih dari 650.000 jiwa di ratusan negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kimia Farma siap distribusikan vaksin COVID-19 produksi Bio Farma
Baca juga: Pfizer tetapkan harga jual vaksin COVID-19 untuk negara maju
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020