Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa mengatakan, pelaku pasar agak hati-hati bermain di pasar uang, mereka bahkan cenderung melepas saham yang dimilikinya.
Meski demikian pergerakan rupiah sampai saat ini masih berkisar Rp9.450 sampai Rp9.500 per dolar belum melewati batas psikologis Rp9.500 per dolar, katanya.
Ia mengatakan, koreksi harga terhadap rupiah dinilai biasa, meski ada kasus krisis keuangan di Dubai.
Krisis keuangan di Dubai diperkirakan tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia seperti di China dan India, serta di Indonesia, bahkan ekonomi mereka makin tumbuh, ucapnya.
Namun, yang dikhawatirkan adalah apabila para pelaku pasar menarik dananya dan dialihkan untuk membeli euro dan dolar sebagaimana yang terjadi pada 2008. Kalau itu terjadi maka rupiah akan terpuruk, ujarnya.
Masalah krisis keuangan di Dubai, menurut dia tak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin baik, apalagi semua negara diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi lebih baik dibanding tahun ini.
"Kami optimis pasar akan menyambut pertumbuhan ekonomi dunia, sementara itu kasus krisis keuangan di Dubai merupakan masalah lama yang baru terungkap sekarang," ucapnya.
Ia mengatakan, pelaku pasar diharapkan tidak panik dalam menghadapi persoalan di Dubai, sehingga tidak terbawa arus yang biasa diekspos oleh orang-orang yang mencari untung.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009