Padang (ANTARA News) - Departemen Kesehatan (Depkes) RI mencatat kasus AIDS di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) pada Juni 2009 sebanyak 273, sehingga membuat daerah ini berada di peringkat ke-11 dari 33 provinsi di Indonesia.
"Penularan kasus AIDS di Sumbar terbanyak terdeteksi melalui hubungan seks bebas dan pengidapnya dominan usia produktif antara umur 20-29 tahun," kata Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinkes Sumbar, Machdalena, kepada wartawan di Padang, Selasa.
Dia menjelaskan, penularan AIDS melalui hubungan seks bebas (hetrosex) mencapai 87 persen, perintal sebanyak 10 persen, dan transfusi darah tercatat 15 persen.
Sementara itu, kasus HIV penularan melalui Napza sebanyak 15 persen, hubungan seks bebas sebanyak 24 persen, dan tidak diketahui sebanyak 31 persen.
Justru itu, kampanye tentang anti gaya hidup seks menyimpang harus digencarkan sehingga bisa menekan angka tersebut.
Berdasarkan data Dinkes Sumbar, kalangan ibu rumah tangga yang banyak terivensi HIV dengan jumlah saat ini sebanya 12 persen, sedangkan terifeksi AIDS telah mencapai 146 persen.
Ia mengatakan, penularan melalui jarum suntik tetap masih tinggi tetapi kecenderungannya turun sudah terlihat, karena kampanye dan sosialisasi anti obat terlarang kian gencar.
Lebih dijelaskannya, melihat kenyataan epidemi AIDS di Sumbar, pertama kalinya pada 1992 ditemukan kasus HIV sebanyak satu orang melalui sero survei.
Jika melihat kenyataan perkembangan kasus HIV/AIDS 19 kabupaten dan kota di Sumbar sejak 1992 sampai Juli 2009, sudah tercatat 547 orang, sebanyak 62 orang meninggal.
Jumlah itu, katanya, terdiri 173 pengidap HIV dan sebanyak 374 AIDS dengan penemuan kasus terbanyak di Kota Padang, disusul Kota Bukiktinggi dan urutan ketiga Agam.
Ia mengungkapkan, sejak 2005 sampai Juli 2009 di Kota Padang terinveksi HIV tercatat 39 orang, dan AIDS berjumlah 163 orang, 28 di antaranya meninggal.
Sementara itu, untuk di Kota Bukittinggi jumlah kasus HIV sebanyak tujuh orang dan penderita AIDS 86 orang. Urutan ketiga Kabupaten Agam dengan satu kasus terinveksi HIV dan sebanyak 16 orang penderita AIDS.
Machdalena menyebutkan, penemuan kasus positif terinveksi HIV/AIDS tersebut hasil pemeriksaan darah kelompok yang berisiko tinggi dan melalui `screening` darah di Palang Merah Indonesia (PMI).
Justru itu, upaya penanggulangan terus dioptimalkan dengan melibatkan berbagai pihak, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sudah semakin baik, karena pada 2008 berada pada peringkat ke-13 dari 33 provinsi.
Kegiatan penanggulangan yang dilakukan, katanya, di antaranya "sero survey" pada kelompok resiko tinggi seperti, di Lembaga Pemasyarakatan (LP), Panti Rehabilitasi Andam Dewi dan kerjasama penyuluhan dengan perusahaan.
Terkait, tindakan pencegahan sejak dini sangat diperlukan, guna mencegah dan memutus mata rantai penularannya.
"Kesadaran untuk memeriksakan diri bagi kelompok beresiko tinggi akan sangat membantu dalam upaya memutus mata rantai penularan HIV/AIDS," katanya mengingatkan.
Data Dinkes Sumbar, menunjukan sampai Juli 2009 kunjungan pasien yang datang memeriksakan diri ke klinik VCT di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) M Djamil Padang, sebanyak 523 orang.
Setelah melalui hasil tes terdeteksi sebanyak 324 orang dinyatakan positif dan tercatat 199 negatif. Sedangkan di RS Achmad Muchtar Kota Bukittinggi kunjungan sebanyak 109 pasien, sebanyak 90 orang di antaranya positif dan sisanya 49 pasien hasilnya negatif.
Alat pendeteksi berupa VCT saat ini di Sumbar, terdapat RSUP M Djamil Padang, RS Ahmad Muchtar, RS Yos Sudarso Padang, RS Siti Rahmah dan RSUD Padang Pariaman, LSM PKBI Padang serta LSM Lantera Minangkabau --konsens pembedayaan ODHA.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009