Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Batu megalit baru yang berbetuk kerbau ditemukan di Sungai Selangis Dusun Gunung Ilir Kelurahan Agunglawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam, Sumatra Selatan, Senin.
Batu megalit ditemukan Arfan, warga Jabatakar, saat sedang memancing ikan di Sungai Selangis. Bentuk batu tersebut seperti seekor kerbau yang sedang berbaring dengan kaki terlipat tepat berada di tepi sungai.
Warna batu megalit itu putih kemerah-merahan dengan ukuran dua kali lipat dari seekor kerbau aslinya, meskipun bentuknya masih terlihat jelas, tapi dua taduk sudah patah dan beberapa bagian tubuhnya sudah tertutup rumput.
"Batu berbetuk megalit yang berukuran tinggi 2 meter lebar 1,5 meter, besarnya dua kali ukuran kerbau sebenarnya, lokasi ditemukan batu tersebut di Sungai Selangis Dusun Gunung Ilir Kelurahan Agunglawangan, Kecamatan Dempo Utara berjarak 4 kilometer dari Dusun Jambatakar," kata penemu batu megalit Dusun Jambatakar, Arfan, Senin.
Ia mengatakan, patung batu itu berbentuk kerbau bertanduk dua, warna putih kemerah-merahan dengan posisi sedang berbaring diatas tanah.
"Diperkirakan batu megalit itu sudah berumur ribuan tahun, dengan kondisinya sudah tidak utuh lagi, banyak bagian sudah hilang seperti tadung, kaki dan sudah ditutupi rumput," kata dia.
"Dahulunya daerah tempat penemuan batu megalit itu merupakan belukar di pinggir sungai, namun karena banyak warga kurang faham kalau batu tersebut bernilai sejarah sehingga tidak ada yang memperdulikannya," kata dia lagi.
Dia mengatakan, tapi sekarang perlu dibersihkan di sekitar batu tersebut agar bisa terlihat dengan jelas bentuk dan ukuran yang sebenarnya.
"Memang Pagaralam cukup banyak megalit peninggalan zaman dahulu, namun pemeliharaanya masih belum dilakukan secara baik," kata dia lagi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Senibudaya, Syafrudin, mengatakan, memang cukup banyak batu megalit yang berhasil ditemukan di daerah Pagaralam, bahkan ada sebagian yang sudah dilakukan pelestarian dengan memagar keliling, namun sebagian lagi masih terbentur dana.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009