"Sekitar 30 tahun saya berjuang demi tanda jasa ayah, ternyata tidak sia-sia," kata Kartini Sitompul dalam syukuran pemberian tanda kehormatan Bintang Jasa Utama untuk Gortap Sitompul di Medan, Minggu malam.
Gortap Sitompul merupakan pengusaha yang meminjamkan mesin cetaknya untuk mencetak uang pertama tahun 1946 di Sumatera setelah Indonesia merdeka.
Atas jasanya itu, pemerintah memberikan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama untuk Gortap Sitompul berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 060/TK/Tahun 2009 tertangal 6 November 2009.
Kartini mengatakan, hampir 30 tahun lamanya ia berjuang agar ayahnya mendapatkan penghargaan dari pemerintah Indonesia.
Ia menceritakan, ayahnya Gortap Sitompul memiliki sebuah percetakan di Kota Pematang Siantar sejak masa pendudukan Jepang yang peralatan dibeli dari "Deli Counraut", sebuah perusahaan Belanda di Medan.
Perusahaan percetakan itu tergolong modern di masa itu dengan mesin bermerk "Gordon" (satu unit), merek "Snelpers" (satu unit) dan merek "Heildelberg" (dua unit).
Pada tahun 1946, Gubernur Sumatera Utara masa itu, Teuku Muhammad Hasan memintanya untuk mencetak uang yang akan berlaku di daerah tersebut.
Hal itu dilakukan karena adanya permintaan dari Presiden Soekarno melalui perwakilan Jawatan Keuangan Sumatera yang menyatakan pemerintah pusat tidak memungkinkan mengirimkan uang dari pulau Jawa.
Berdasarkan permintaan pemerintah itu, Gortap Sitompul bersedia meminjamkan peralatannya dan ikut langsung dalam proses pencetakan uang pertama yang dikenal dengan Oeang Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara (ORIPS) dengan pecahan Rp1, Rp5, Rp10 dan Rp100.
Untuk memperlancar kegiatan produksi, peralatan cetak itu dipindahkan ke gedung Javasche Bank, sedangkan bahan kertas uangnya dibeli dari Singapura.
Namun pada tahun 1947, kegiatan pencetakan uang itu terhenti karena terjadinya agresi militer Belanda dan Kota Pematang Siantar yang menjadi lokasi produksi diduduki tentara kolonial.
Karena pusat pemerintahan Sumatera saat itu dipindahkan ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, Gortap Sitompul juga pindah ke daerah itu untuk mengamankan klise-klise ORIPS tersebut.
Sesampainya Bukit Tinggi, klise-klise itu diserahkan kepada EM. Damara, pemegang arsip dan dokumen pemerintah masa itu untuk disampaikan pada Wakil Presiden, Muhamamd Hatta.
Mesin-mesin cetak milik Gortap Sitompul tersebut hilang dan belum ditemukan hingga saat ini.
Ia membawa contoh beberapa uang cetakan tahun 1945 milik perusahaan Gortap Sitompul ke Departemen Keuangan dan Bank Indonesia untuk membuktikan partisipasi ayahnya dalam kemerdekaan.
Banyak kalangan yang sempat meragukan, bahkan mencemooh perjuangan Kartini Sitompul yang dianggap tidak mungkin berhasil tersebut.
"Bahkan ada yang mengatakan saya sudah gila," katanya sambil menitikkan air mata.
Namun, kata Kartini, upayanya mulai memunculkan harapan ketika dihubungi Sekretaris Militer (Sekmil) Presiden, Mayjen TNI Budiman yang ingin mengkonfirmasi kebenaran tentang jasa ayahnya.
Setelah beberapa kali dimintai keterangan, pemerintah mengumumkan bahwa Gortap Sitompul berhak dan akan mendapatkan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama.
"Akhirnya, usaha saya bolak-balik Medan-Jakarta tidak sia-sia," katanya.
Pada 9 November 2009, Kartini Sitompul diundang pemerintah ke Istana Merdeka Jakarta untuk mewakili keluarga Gortap Sitompul guna menerima langsung pemberian tanda kehormatan itu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lamsiang Sitompul, salah seorang kerabat Gortap Sitompul mengatakan, pemerintah diharapkan bukan sekadar memberikan tanda jasa terhadap pemilik percetakan uang pertama di Sumatera tersebut melainkan juga memberi ganti rugi atas hilangnya mesin cetak tersebut.
"Pihak keluarga sudah beberapa kali mencari tahu tentang mesin cetak yang hilang itu tetapi belum ada informasi," katanya.
Dalam Keppres Nomor 060/TK/Tahun 2009, Presiden Yudhoyono memberikan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama kepada tiga tokoh yang dianggap berjasa besar di suatu bidang atau peristiwa tertentu yang bermanfaat bagi keselamatan, kesejahteraan serta kebesaran bangsa dan negara.
Tiga tokoh itu adalah almarhum Gortap Sitompul, pengusaha percetakan serta Frans Mendur dan Alex Mendur, dua pejuang perintis foto jurnalistik masa revolusi.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009