Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mengingatkan agar insan pendidikan, terutama di lingkungan perguruan tinggi, selalu menjaga integritas akademik.
"Integritas akademik harus terus terjaga, baik itu bagi siswa, mahasiswa, maupun dosen," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam di Jakarta, Selasa.
Nizam mengingatkan agar jangan sampai insan pendidikan melanggar integritas akademik karena dapat mencoreng nama yang bersangkutan. Siswa maupun mahasiswa saat ini dengan mudah mengakses informasi, berbagi, serta berkolaborasi dengan orang lain dari rumah.
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat itu, kata dia, membuat kegiatan membaca semakin berkurang. Kurangnya minat dalam membaca dan kemudahan akses untuk mendapatkan informasi dari internet membuat siswa kurang terampil dalam mengembangkan konten asli. Untuk memenuhi persyaratan akademik, siswa menemukan alternatif, solusi yang lebih mudah yang memerlukan sedikit atau tidak merasa perlu untuk berpikir kritis karena kurangnya kesadaran mereka serta pemahaman tentang konsep dan keterlibatan.
"Akibatnya, siswa atau mahasiswa terhalang dalam mempresentasikan ide-ide orisinal dengan jelas karena mereka tidak memiliki keterampilan untuk berpikir kognitif dan kritis, serta perumusan ide. Ini mengarah pada budaya menyalin yang mana mereka memilih menjiplak, bukannya dilatih untuk mengatasi tantangan belajar," ujar Kepala Kemitraan Bisnis Asia Tenggara Turnitin, Jack Brazel.
Tantangan lain, kata dia, adalah kurangnya keterampilan dalam mengutip sumber dengan benar dan menghubungkan kutipan pada sumber asli. Tantangan itu dapat diatasi melalui alat pendeteksi plagiarisme untuk meningkatkan kualitas serta standar pendidikan bagi siswa demi membantu mereka memahami mengapa mengutip sumber, mengutip referensi, memahami materi dan menulis dengan benar sangat penting untuk tumbuh kembang siswa maupun mahasiswa dan warga negara yang berintegritas.
Menurut dia, plagiarisme merupakan tindakan ketidakjujuran akademik yang mana siswa mempresentasikan ide orang lain sebagai milik mereka, tanpa pengakuan penuh. Hal itu melanggar etika akademik.
Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020