Malang (ANTARA News) - Keberadaan lahan sayur mayur di Kota Batu, Jawa Timur, menjadi penyumbang terbesar sedimentasi Waduk Sengguruh dan Karangkates di Kabupaten Malang.

Program Manager Community Empowerment Facility (CEF) Jawa Timur, Hary Cahyono, Minggu, mengatakan, maraknya pembukaan lahan hutan lindung yang beralih fungsi menjadi lahan sayur mayur, khususnya di Kota Batu menjadi penyumbang terbesar sedimentasi tersebut.

Dari data yang diperoleh, tingkat sedimentasi di Waduk Sengguruh rata-rata mencapai 1,28 juta m3/tahun. Sedangkan di Bendungan Sutami atau Karangkates, mencapai 5,43 juta m3/tahun.

"Keberadaan lahan sayur mayur di area perhutani yang ada di Batu, hampir 65% diperkirakan sebagai penyumbang sedimentasi terbesar, sebab lokasinya berada di daerah hulu DAS Brantas," katanya

Ia menjelasakn, lahan sayur mayur itu, sangat mudah dilalui air hujan karena tidak ada tanaman tegakan, apalagi kondisinya yang cenderung meluas.

Bahkan, lahan Perhutani yang berada di belakang pemandian wisata Selekta Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, juga sudah beralih fungsi menjadi lahan sayur mayur. "Tepatnya berada di unit II lahan milik Perhutani sudah dibuka dan menjadi lahan sayur mayur,"katanya.

Selain itu, di sejumlah lokasi hutan lindung di wilayah Pujon Kabupaten Malang, juga mengalami hal serupa dan sudah dibuka menjadi lahan sayur mayur.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Paramitra Jatim, atau sebuah LSM yang bergerak dibidang lingkungan, Mainul Sofyan, mengatakan, meluas pembukaan hutan lindung, menjadi persoalan serius bagi kelangsungan sekitar 111 titik sumber air di Batu.

Selain itu, pada tahun 2005, juga sudah ditemukan 53 sumber mata air yang hilang atau mati. Sedangkan 58 sumber mata air lainnya, terus mengalami penurunan baik mutu maupun debit airnya.

"Ketersediaan sumber daya air di Batu, diprediksi semakin lama semakin tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan. Itu karena, jumlah populasi penduduk terus mengalami peningkatan tiap tahunnya yang saat ini berjumlah 180.000 jiwa lebih. Sedangkan jumlah sumber mata air dan debit air, justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun," katanya.

Pemanfaatan sumber mata air untuk dua per tiga penduduk Jatim tanpa mempertimbangkan aspek konservasi di kawasan hulu DAS Brantas akan menjadi bencana.

"Tak heran kalau PDAM Kota Malang sempat menyampaikan kekhawatirannya enam tahun ke depan ribuan pelanggannya akan kesulitan pasokan air," jelasnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009