"Menurut saya Kemhan/TNI AU lebih paham yang dibutuhkan saat ada kekosongan postur pertahanan udara saat ini," kata Bobby di Jakarta, Selasa.
Hal itu dikatakan Bobby terkait polemik rencana Kemenhan yang akan membeli membeli jet tempur bekas milik Austria, Eurofighter Thypoon.
Baca juga: Soleman Ponto: Beli pesawat Eurofighter berpotensi langgar UU
Menurut Bobby, terkait urgensi postur pertahanan, Indonesia memang perlu peremajaan pesawat tempur pengganti F-5E Tiger, dan secara teknis perlu pesawat bermesin ganda untuk menjaga wilayah Indonesia yang luas di bagian Timur.
Dia mengatakan periode Kekuatan Pokok Minimum (MEF) II yang ideal ada pengadaan SU-35 yang baru namun sepertinya tertunda karena adanya embargo dari Amerika Serikat (CAATSA).
"Soal Eurofighter belum pernah dibahas di Komisi I DPR RI. Lalu terkait polemik pesawat baru dan bekas, untuk membeli pesawat baru membutuhkan waktu sedangkan kita perlu pesawat tempur pengganti F-5E," ujarnya.
Baca juga: Eurofighter harap bisa bekerja sama dengan Indonesia
Dia menyarankan agar publik menyerahkan kepada Kemhan/TNI untuk diputuskan dan harus dipastikan tahapan-tahapannya harus layak pengadaan melalui peran BPK.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan DPR RI tidak bisa terlibat membahas satuan 3, dan dalam pengadaan Alutsista yang paling paham adalah Kemhan/TNI.
"Jangan terprovokasi hal teknis dari sosial media atau internet, Kemhan/TNI pasti punya perhitungan strategis selain soal baru atau bekas," katanya.
Sebelumnya, Indonesia dikabarkan berminat membeli 15 pesawat tempur buatan konsorsium Eropa, yakni Eurofighter Typhoon, yang saat ini dioperasikan oleh AU Austria.
Baca juga: Pesawat tempur Eurofighter Typhoon akan hadir di Indonesia
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020