Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penetapan Bank Century dikategorikan sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik sesuai dengan metodologi (alat ukur) yang ditetapkan.

BI dalam siaran persnya, Minggu, menyebutkan alat metodologi BI dalam menilai suatu bank ditengarai berdampak sistemik ada lima aspek.

Kelima aspek dalam menganalisa bank gagal yang ditengarai sistemik yaitu, institusi Keuangan, pasar keuangan, sistem pembayaran, sektor riil, dan psikologi pasar.

Dengan menggunakan analisa tersebut, BI menilai bahwa Bank Century mengalami kesulitan likuiditas sejak pertengahan Juli 2008 ditandai dengan telah terjadinya pelanggaran GWM (giro wajib minimum) beberapa kali.

Selain itu, BI juga mengungkapkan bahwa bank tersebut mengalami gagal kliring pada 13 November 2008 karena faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran "prefund".

Kondisi Bank Century telah memicu rumor yang menurunkan kepercayaan masyarakat serta mengganggu kinerja bank-bank lainnya.

Walaupun gangguan (shock) di sektor keuangan dan perbankan masih bersifat sporadis, pada saat yang bersamaan terdapat 23 bank dan beberapa BPR yang kondisi likuiditasnya sangat rentan terhadap adanya isu-isu tersebut.

Dengan kondisi ini, BI mengkhawatirkan eskalasi permasalahan menjadi lebih cepat dan berpotensi menjalar ke bank-bank lainnya.

BI juga melihat kondisi sistem keuangan dan sektor riil juga dijadikan lat ukur untuk menetapkan Bank Century akan berdampak sistemik.

Dengan kondisi ekonomi dan keuangan global yang terus memburuk, kondisi sistem keuangan domestik terus tertekan, ditandai oleh melemahnya IHSG dan cenderung menurunnya harga SUN (Surat Utang Negara), terdapat potensi terjadinya "capital flight" (modal keluar) karena tidak adanya sistem penjaminan penuh (full guarantee) di Indonesia.

Selain itu, kondisi neraca pembayaran terus tertekan, cadangan devisa menurun, diikuti oleh meningkatnya "country risk" (resiko negara) Indonesia dan terus melemahnya nilai tukar Rupiah.

Permintaan domestik masih relatif kuat, meskipun telah terdapat tanda-tanda mulai melemah dalam kuartal ketiga 2008 yang diharapkan dapat mengurangi impor, namun peningkatan pembayaran utang luar negeri dalam kuartal keempat 2008 perlu diwaspadai, khususnya terhadap ketersediaan dolar AS dan kestabilan nilai tukar.

Selain itu pelemahan kegiatan ekonomi berpotensi meningkatkan kredit bermasalah.

Kondisi sektor swasta juga memburuk, dimana berbagai informasi menunjukkan bahwa sektor swasta sedang mempertimbangkan berbagai penyesuaian dalam bentuk kenaikan upah buruh, peningkatan biaya produksi dan pemutusan hubungan kerja.

Dengan analisa tersebut, maka dalam Rapat KKSK (Komite Kebikan Sektor Keuangan) menyelamatkan Bank Century pada 20 November 2008.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009